Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hasto Ulas Buku Ratu Adil Karya Romo Sindhunata: Menginspirasi Perjuangan Wong Cilik Hadapi Tekanan

Hasto Kristiyanto melihat sejumlah karya seni dan buku hasil disertasi Romo Sindhunata berjudul Ratu Adil Ramalan Jayabaya.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Hasto Ulas Buku Ratu Adil Karya Romo Sindhunata: Menginspirasi Perjuangan Wong Cilik Hadapi Tekanan
Tribunnews.com/ Fransiskus Adhiyuda
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto bersama Corporate Communication Director Kompas Gramedia Glory Oyong, Direktur Bentara Budaya Jakarta, Ilham Khoiri saat menyaksikan pameran lukisan karya Budi Ubrux bertajuk ‘Ratu Adil’ di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta Pusat, Senin (15/1/2024). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto melihat sejumlah karya seni dan buku hasil disertasi Romo Sindhunata berjudul Ratu Adil Ramalan Jayabaya & Sejarah Perlawanan Wong Cilik di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta Pusat, Senin (15/1/2024).

Dalam kesempatan tersebut, Hasto mengaku sedang membaca buku tersebut di mana isinya ternyata masih relevan dengan kondisi politik saat ini.

Buku itu membahas tentang harapan wong cilik atau rakyat kecil yang ketika menghadapi berbagai bentuk penindasan.

"Yang oleh Bung Karno dimunculkan di dalam filsafat tentang Pak Marhaen. Maka Pancasila itu lahir sebagai ideologi pembebasan bagi wong cilik. Dan ini senapas dengan komtemplasi ideologis yang dilakukan oleh Megawati Soekarnoputri dan oleh seluruh jajaran PDI Perjuangan di mana pada Rakernas yang ketiga pada 6-8 Juni 2023 yang lalu mengambil tema fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara," kata Hasto di lokasi.

Menurut Hasto, buku tersebut memberikan gambaran aspek antropologis, sosiologis, dan juga historis tentang perjuangan wong cilik dan petani di dalam menghadapi penindasan khususnya pada masa kolonialisme Belanda.

"Di mana muncul beberapa kali pemberontakan petani dan juga menyatu yang juga memunculkan suatu mitilogi Ratu Adil. Suatu konsepsi yang membangun harapan. Maka dengan buku ini PDI Perjuangan juga mendapatkan suatu karya akademis dengan metedologi yang belajar dari bawah, dari kehidupan wong cilik itu sendiri diangkat menjadi suatu karya intelektual yang diharapkam juga mengilhami seluruh anak bangsa di dalam memperjuangkan wong cilik," papar Hasto.

Baca juga: Diskusi Generasi Perintis, Hasto Bicara Sejarah Bangsa Diawali Pergerakan Idealisme Generasi Muda

BERITA TERKAIT

Politisi asal Yogyakarta ini menyampaikan negara sebesar Tiongkok dengan penduduk 1,6 miliar orang mampu mengatasi kemiskinan ekstrem.

"Kita yang seharusnya punya ideologi pembebasan, punya falsafah Pancasila, punya gerakan di dalam membebaskan rakyat, kita juga harusnya mampu mewujudkan kemiskinan nol persen," jelas Hasto.

Sebab, menurut Hasto, negara dengan penduduk jauh lebih besar dari bangsa Indonesia pun bisa.

Hal itulah, lanjut dia, yang kemudian bisa diyakini menginspirasi Ganjar Pranowo ketika menjadi Gubernur Jawa Tengah fokus di dalam menuntaskan kemiskinan.

"Bahkan Pak Ganjar memberikan fundamen yang lebih baik dimana melalui pendidikan, melalui pendidikan vokasi, melalui satu keluarga miskin satu sarjana itu nanti akan memberikan suatu loncatan bagi wong cilik. Tidak hanya melalui bansos, melalui BLT, melalui KIS, KIP, KTP Sakti. Tegasnya buku ini sangat menarik sehingga menjadi bacaan wajib bagi seluruh kader-kader PDI Perjuangan di dalam menegaskan komitmennya terhadap wong cilik," kata Hasto.

Baca juga: Hasto PDIP Respons Pernyataan Kapolri: Ganjar Akan Melanjutkan Hal Baik dari Presiden Sebelumnya

"Kekuatan yang seperkasa Orde Baru pun bisa rontok, meskipun muncul fenomena New Orde Baru itu kembali hadir. Karena dibbalik intimidasi itu memunculkan harapan. Itu telah terbukti secara empiris dalam kajian-kajian ilmiah. Karena kita bangsa spiritual. Bangsa yang punya nilai moral, keagamaan, dan membangun harapan sehingga teman-teman yang terkena intimidasi justru kami yakini jadi energi juang," tambahnya.

Dari sisi politik, kata Hasto, hal itu yang membuat Ganjar-Mahfud bersama PDIP, PPP, Hanura, Perindo, serta unsur sukarelawan terus menyatu dalam akar rumput ini.

"Kekuatan akar rumput akan selalu menampilkan suatu harapan dan tradisi dalam menyikapi bentuk praktek-praktek politik kekuasaan yang tidak demokratis," kata Hasto.

Dalam kunjungan ke Bentara Budaya ini, Hasto didampingi politikus muda PDIP, yaitu Once Mekel dan Aryo Seno Bagaskoro.

Corporate Communication Director Kompas Gramedia Glory Oyong dan Direktur Bentara Budaya Jakarta, Ilham Khoiri turut mendampingi Hasto saat berkeliling Bentara Budaya Jakarta.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas