Bahan Baku Obat 90 Persen Impor, Anies Janji Usahakan Pakai Bahan dari Dalam Negeri Jika Terpilih
Dia menyebut komponen Bahan Baku Obat (BBO) yang seharusnya berasal dari industri dalam negeri ternyata bahan farmasinya dari luar.
Penulis: Reza Deni
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Capres 01 Anies Baswedan bicara soal ketergantungan Indonesia pada impor, termasuk untuk bidang kesehatan.
Dia menyebut komponen Bahan Baku Obat (BBO) yang seharusnya berasal dari industri dalam negeri ternyata bahan farmasinya dari luar.
"Kenyataanya saat ini 90 persen bahan farmasi dan alat kesehatan masih bergantung pada impor," kata Anies dalam acara Dialog Nasional Komunitas Profesi dam Asosiasi Kesehatan KOMPAK di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (16/1/2024).
Dia mengatakan bahan baku obat-obat tersebut berasal dari dua negara di Asia.
"Tiongkok dan India, kedua menargetkan penurunan bahan baku obat yang impor turun 20 persen per tahun," katanya.
Dia berharap jika terpilih di Pilpres 2024, dalam periode pertama Indonesia tidak akan lagi bergantung pada impor untum BBO
"Harapannya setelah kita jalankan ini lima tahun menggantikan bahan baku obat impor menjadi dari dalam negeri, selama itu bisa menyejahterakan masyarakat," pungkasnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengakui bahwa ketergantungan impor atas obat-obatan paten membuat harga obat di Indonesia lebih mahal dibanding di Malaysia dan Singapura. Sebanyak 90 persen bahan baku obat tersebut didapat dari impor.
Begitu masuk obat paten, begitu masuk obat impor, harganya lebih mahal dibanding dengan di Malaysia dan Singapura," kata Dante saat ditemui di acara Kadin Indonesia di wilayah Jakarta Selatan, Kamis (16/3/2023).
"Beberapa hal di antaranya adalah karena 90 persen bahan baku obat kita masih impor dari luar negeri," imbuh Dante.
Tidak hanya obat-obatan, Indonesia juga masih bergantung pada alat-alat kesehatan dari luar negeri. Minimnya kemandirian dalam negeri dalam bidang kesehatan ini tecermin ketika awal-awal pandemi Covid-19 merebak di Indonesia.
Oleh karena itu, kata Dante, hal ini perlu diperbaiki. Indonesia perlu mencari alternatif untuk menyelesaikan masalah.
"Harga obat kita beberapa waktu yang lalu disinyalir lebih mahal. Sebanyak 88 persen alkes masih dari luar negeri. Maka kita butuh alternatif. Masalahnya harus kita selesaikan," tutur dia.
Lebih lanjut Dante menyampaikan, Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan menjadi salah satu alternatif kementerian untuk memperbaiki sistem ketahanan kesehatan di dalam negeri.
Hal ini kata Dante, berkaitan langsung dengan ketahanan sektor kefarmasian dan alat kesehatan (alkes) yang saat ini masih banyak impor. Diketahui, transformasi sistem ketahanan kesehatan menjadi satu dari enam pilar yang diusung Kemenkes.
"Kita akan membuat sedemikian rupa sehingga transformasi kesehatan ini menjadi lebih mudah, dan ketahanan kesehatan lebih mudah, iklim usaha yang dikaitkan dengan usaha-usaha yang berkaitan dengan perizinan-perizinan akan menjadi lebih mudah sehingga kita mencapai resiliensi kesehatan ketahanan dan kemandirian yang lebih bagus," jelas Dante.