Dampak Hengkangnya Maruarar Sirait Terhadap PDIP, Ini Elektabilitas Partai Menurut 8 Survei Terbaru
Sejumlah kader PDIP diketahui memilih hengkang bahkan secara terang-terangan berbeda sikap dalam Pilpres 2024. Apakah berdampak terhadap elektabilitas
Editor: Adi Suhendi
![Dampak Hengkangnya Maruarar Sirait Terhadap PDIP, Ini Elektabilitas Partai Menurut 8 Survei Terbaru](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ara-dan-ganjar911.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah kader PDIP diketahui memilih hengkang bahkan secara terang-terangan berbeda sikap dalam Pilpres 2024.
Baru-baru ini kadernya, Maruarar Sirait menyatakan keluar dari PDIP dengan alasan mengikuti langkah politik presiden Jokowi.
Jauh sebelumnya, kader PDIP Budiman Sudjatmiko pun dalam Pilpres 2024 berbeda jalan politik dengan partainya.
Budiman kini berada di kubu Prabowo-Gibran yang didukung Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PBB, Garuda, Gelora, dan PSI.
Sebetulnya, bukan hanya Budiman dan maruarar, putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang sebelumnya menjadi Wali Kota Solo karena dukungan PDIP secara terang berseberangan dengan PDIP dengan menjadi cawapres Prabowo Subianto.
Langkah Gibran pun diikuti menantu Jokowi yang kini menjadi Wali Kota Medan, Bobby Nasution.
Bobby Nasution sendiri terpilih menjadi Wali Kota Medan setelah menjadi kader PDIP.
Baca juga: Maruarar Keluar PDIP: Disebut Bikin PDIP Lebih Solid, Jadi Vitamin Prabowo-Gibran jika Gabung TKN
Ada juga kader senior PDIP Eva Kusuma Sundari yang kini menjadi Caleg Partai NasDem.
Menyikapi hengkangnyan Maruarar Sirait, Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Bidang Ideologi dan Kaderisasi, Djarot Saiful Hidayat mengatakan, PDIP tetap solid mendukung Ganjar-Mahfud.
"Oh ndak (pecah di PDIP). Kita tetap solid untuk menangkan Ganjar-Mahfud. Justru akan semakin mempersolid kita, lebih kompak," kata Djarot di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/1/2024).
Djarot menganggap wajar jalan politik yang dipilih Maruarar.
"Kemudian kalau tentang beda pilihan politik itu wajar," ujarnya.
Baca juga: Budiman Sudjatmiko Rayu Maruarar Sirait Gabung Dukung Prabowo-Gibran usai Hengkang dari PDIP
Dia menganggap keluarnya Maruarar dari PDIP sebagai bagian dari kristalisasi kader partai besutan Megawati Soekarnoputri itu.
"Menjelang Pemilu itu terjadi kristalisasi kader. Inilah bagian dari kristalisasi kader," ucap Djarot.
Menurut Djarot, masih ada kader PDIP yang tetap setia dan loyal menghadapi pertarungan-pertarungan politik dengan prinsip kebenaran pasti akan menang.
"Ada juga kader yang secara sukarela untuk mundur, untuk keluar karena masuk partai politik itu kan prinsipnya sukarela berdasarkan ikatan ideologis, berdasarkan ikatan tujuan visi yang sama, yaitu bagaimana kita semua mensejahterakan rakyat," kata Djarot.
Berikan Dampak Psikologis Bagi Kader PDIP
Terpisah, Pengamat politik Ray Rangkuti menilai alasan Maruarar Sirait hengkang dari PDI Perjuangan makin memperlihatkan gesekan yang terjadi antara PDIP dan Jokowi.
Dari situasi ini kata dia, bakal ada gerbong PDIP vs Jokowi
"Hanya saja, pernyataan ikut Jokowi itu merupakan kekeliruan. Itu seperti menyatakan sikap berhadap-hadapan dengan PDIP. Dan sekaligus membentuk gerbong Jokowi vs PDIP," kata Ray Rangkuti di Jakarta, Selasa (16/1/2024).
Ray memprediksi Maruarar Sirait bakal berlabuh ke Partai Gerindra setelah hengkang dari PDIP.
"Jalan Jokowi paling hebat sampai 2029. Setelah itu akan memudar. Tinggal PDIP yang terus bergerak. Tanpa Jokowi, tanpa kisah suksesnya, selain dinasti. Jika dikaitkan dengan ini, kemungkinan Ara akan berlabuh di Gerindra, sesudah dari PDIP," kata dia
Menurut Ray, keputusan memilih pergi menjadi pilihan dilematis bagi Maruarar.
Politisi asal Sumatera Utara ini sudah cukup lama menunggu agar PDIP merespons kehadirannya.
Terlebih pula, ia sempat menyatakan dukungan pada capres yang diusung PDIP yakni Ganjar Pranowo.
"Pilihan sulit bagi Ara. Tapi sepertinya sudah di ujungnya. Beliau sudah menanti untuk dirangkul lagi oleh PDIP lebih dari 4 tahun. Tapi tidak ada respons. Ara masih muda, punya banyak pengalaman politik, dan jaringan luas," kata dia.
"Terakhir, Ara masih menunjukan dukungannya terhadap Ganjar. Tapi juga tidak mendapat respons positif dari PDIP. Jadi pilihan pergi itu, nampaknya, pilihan sulit tapi harus dilakukan," sambung Ray.
Meski demikian, keluar dan masuk kader disatu partai bukanlah hal yang harus dikhawatirkan berlebihan.
Sejauh ini tidak ada partai yang bubar karena anggotanya keluar.
"Di manapun partai akan selalu mengalami hal seperti ini. Kader masuk dan keluar. Tak perlu dirisaukan," ujarnya.
Analisis serupa diungkap Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC) Ahmad Khoirul Umam.
ia menilai mundurnya Maruarar Sirait menjadi pukulan telak bagi PDIP.
"Selama ini, Maruarar tidak hanya menjadi simbol politisi muda PDIP yang cerdas, tetapi juga simbol regenerasi ideologis, dimana ia dikenal sebagai putra politisi senior PDIP Sabam Sirait yang notabene loyalis Megawati dan ideolog partai," kata Umam dalam pesan yang diterima, Selasa (16/1/2024).
Menurut Umam, mundurnya Maruarar menegaskan terjadinya faksionalisme di internal kekuatan politik PDIP.
"Bahkan, hengkangnya Maruarar yang mengikuti langkah politik Budiman Sujatmiko, seolah mengonfirmasi bahwa karakter kepemimpinan PDIP yang selama ini dikarenakan sentralistik dengan menjaga praktik tradisi demokrasi terpimpin, seolah tidak memberi ruang bagi para politisi muda yang kritis dan dinamis," kata dia.
Dia juga menilai kader yang resisten ini terpinggirkan dan dikonfirmasi oleh resistensi yang cukup kuat dari elite PDIP pada Budiman dan Maruarar.
"Belakangan keduanya tidak diberi peran. Bahkan, admin Medsos Ganjar Pranowo sampai hati menghapus postingan gambar kegiatan politik Ganjar bersama Maruarar, yang mana jelas-jelas Maruarar mendukung Ganjar saat itu," ujarnya.
Karena itulah, dia menilai langkah Maruarar dan Budiman ini harus menjadi peringatan serius bagi PDIP agar tidak terjadi "bedol deso" lebih lanjut dari para politisi muda PDIP untuk bergeser ke posisi seberang, khususnya di tim Prabowo-Gibran yang didukung penuh Jokowi.
"Jika Maruarar berlabuh ke paslon yang didukung Jokowi, maka Jokowi bisa anggap sebagai simbol perlawanan kader-kader muda PDIP terhadap elite politik partai banteng. Loyalitas mereka kepada Jokowi telah melunturkan loyalitasnya pada ideologi partai yang disemai selama ini," katanya.
"Tentu PDIP akan menuding mereka sebagai kelompok muda yang tidak loyal dan sangat oportunis, tapi hengkangnya politisi muda PDIP itu tetap akan memberikan dampak psikologis sekaligus menurunkan moril perjuangan dan kepercayaan diri sebagian kader PDIP lainnya yang tengah berupaya mengkonsolidasikan infrastruktur pemenangan di fase akhir jelang pemilihan," katanya.
Elektabilitas PDIP Mulai Tergerus
Berdasarkan survei elektabilitas Parpol peserta Pemilu 2024 terbaru, elektabilitas PDIP mulai goyah di posisi puncak.
Angka elektabilitas PDIP dengan pesaingnya di nomor dua, Gerindra jaraknya semakin tipis.
Bahkan hasil survei sejumlah lembaga menempatkan elektabilitas PDIP berada di posisi kedua.
Berikut elektabilitas PDIP berdasarkan hasil survei sejumlah lembagai yang dirilis baru-baru ini:
1. Survei Median
Lembaga survei Media Survei Nasional (Median) merilis hasil survei elektabilitas partai politik atau parpol Senin (8/1/2024).
Dalam survei Median yang dilakukan 23 Desember 2023 hingga 1 Januari 2024, elektabilitas PDIP dan Gerindra terpaut tipis.
PDIP berada di urutan pertama dengan elektabilitas 20,8 persen, disusul Gerindra dengan elektabilitas 20,1 persen.
Kemudian pada posisi tiga diisi Golkar dengan angka elektabilitas 8,5 persen, terpaut tipis dengan PKB yang berada diposisi keempat dengan angka 8,0 persen.
Lalu di posisi kelima ada NasDem 7,6 persen, disusul PKS 5,4 persen, PAN 4,1 persen, Demokrat 4,0 persen, PSI 2,9 persen, Gelora 2,8 persen, PPP 1,2 persen, Perindo 0,6 persen, UMMAT 0,3 persen, PBB 0,1 persen, Hanura 0,1 persen, Buruh 0,1 persen, serta yang belum menentukan pilihan 13,4 persen.
Populasi sampel dalam survei ini seluruh WNI yang memiliki hak pilih.
Jumlah sampel 1.500 responden dengan margin of error sebesar +/- 2,53 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sampel dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender.
Survei dilakukan dengan teknik wawancara tatap muka langsung.
Dibandingka survei Median sebelumnya yang dirilis Senin (11/12/2023), elektabilitas PDIP pada angka 24,2 persen.
Sedangkan Gerindradi di urutan kedua dengan angka 22,3 persen.
Selisih antara keduanya hanya 1,9 persen dan masih dalam batas margin of error.
Kemudian di posisi ketiga diisi Partai Golkar dengan angka 9,8 persen, disusul Nasdem 8,3 persen, PKB 6,7 persen, serta Partai Demokrat 5,4 persen.
Selanjutnya di posisi ketujuh ada PKS 5,0 persen, PAN = 3,4 persen PSI = 1,7 persen, Partai Gelora 1,6 persen, PPP = 1,5 persen, Perindo 1,0 persen, Hanura 0,5 persen, Garuda 0,3 persen, Partai Ummat 0,2 persen, PBB 0,1 persen, PKN 0,1 persen, dan Partai Buruh 0,1 persen.
Sementara responden yang belum menentukan pilihan berjumlah 7,8 persen.
Survei tersebut dilakukan pada 20-27 November 2023 dengan populasi survei adalah warga yang memiliki hak pilih.
Target sampel merupakan 1.500 responden dengan margin of error sebesar +/- 2,53 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Median memastikan bahwa sampel dipilih secara acak dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender.
2. Survei Ipsos
Lembaga riset internasional Ipsos Public Affairs juga merilis elektabilitas partai politik diketahui merilis survei terbarunya, rabu (10/1/2024).
Survei diketahui dilakukan pada periode 27 Desember 2023-5 Januari 2024.
Total 2.000 responden yang tersebar di 34 provinsi yang diikutkan dalam survei ini.
Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka dengan menggunakan aplikasi Ipsos Ifield yang merupakan system Computer-Assisted Personal Interviews (CAPI).
Sampel diambil dengan teknik multi stage random sampling. Margin of error survei ini +- 2,19 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Berdasarkan hasil survei Ipsos, elektabilitas Gerindra menggeser PDIP.
Gerindra bedasarkan survei Ipsos mengantongi elektabilitas 27 persen, disusul PDIP sebesar 21 persen, Golkar 8 persen, PKB 7 persen, PKS 7 persen, NasDem 6 persen, PAN 4 persen, Demokrat 3 persen.
Sementara PPP dan PSI disebut belum aman karena hanya mengantongi masing-masing 1 persen.
Padahal dalam survei Ipsos yang dirilis 6 September 2023, PDIP tercatat masih memimpin elektabilitas dengan angka 24,33 persen.
Disusul Gerindra dengan angka 18,42 persen, dan Golkar sebesar 9,5 persen.
Sementara, elektabilitas Nasdem dalam survei Ipsos sebelumnya tercatat sebesar 7 persen, disusul PKB dan PKS dengan elektabilitas masing-masing 4,92 persen dan 4,67 persen.
Adapun sisanya ada 9,84% suara yang memilih partai lain, sedangkan 21,33% lainnya belum menentukan pilihan partai.
Diketahui seurvei Ipsos sebelumnya dilakukan pada 22-27 Agustus 2023 menggunakan aplikasi Ipsos Ifield yang merupakan sistem computer-assisted personal interviews (CAPI), dengan toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 2,83% dan tingkat kepercayaan 95%.
3. Survei CSIS
Centre for Strategic and International Studies (CSIS) merilis hasil survei elektabilitas partai politik, Rabu (27/12/2023).
Menurut suvei CSIS, elektabilitas PDIP unggul dari Gerindra dan Golkar.
Elektabilias PDIP berada pada angka 16,4 persen, disusul Gerindra 14,6 persen, Golkar 11,9 persen, dan PKS 11,8 persen.
Kemudian di posisi kelima ada PKB dengan elektabilitas 9,2 persen, NasDem 6,4 persen, PAN 5,2 persen, dan Demokrat 4,8 persen.
Sedangkan partai politik lainnya menurut Survei CSIS tidak lolos parlementery threshold di antaranya Perindo 1,5 persen, PSI 1,3 persen, Hanura 0,5 persen, Gelora 0,4 persen, PBB 0,2 persen, selanjutnya PKN, Garuda, Ummat elektabilitasnya 0,1 pesen.
Adapun survei dilakukan periode 13-18 Desember 2023.
Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka libatkan 1.300 responden di seluruh Indonesia.
Penarikan sampel menggunakan metode Multistage Random Sampling.
Sampel yang diambil mempertimbangkan proporsi antara jumlah pemilih dan jumlah sample setiap provinsi.
Sementara itu untuk margin of error survei ini mencapai 2,7 persen dengan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.
Menurut survei CSIS pemilih yang belum menentukan pilihan serta pemilih yang masih bimbang cukup besar
Pemilih yang merahasiakan pilihan 5,9 persen dan pemilih yang belum menentukan pilihan 6,4 persen.
4. Survei IPE
Lembaga riset dan survei Indonesia Political Expert (IPE) merilis hasil survei Selasa (2/1/2024).
Dalam hasil surveinya, elektabilitas PDIP unggul sebesar 23,80 persen.
Disusul Gerindra 17,80 persen, Golkar 12,70 persen, PKS 6,80 persen, PKB 6,60 persen, dan NasDem 5,10 persen.
Selanjutnya Demokrat 3,90 persen, PAN 3,60 persen, dan PPP 2,70 persen.
Sisanya Perindo, PSI, Hanura, Gelora, Ummat, PBB, Garuda dan Buruh berada di bawah angka 1 persen.
Kemudian pemilih yang tidak memberikan jawaban sebesar 11 persen.
Survei ini dilaksanakan pada rentang waktu periode Agustus 2023 hingga Januari 2024. Dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Teknik pengambilan sampel/responden dilakukan dengan metode random purposive, mulai dari pemilihan kecamatan, hingga responden di satuan KK (5KK) per lokus desa tersampling.
Kriteria responden warga negara Indonesia yang telah mempunyai hak pilih, terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT), berusia 17 tahun dan telah menikah.
Jumlah responden 2.400 responden, sampling error 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Surveyor IPE minimal telah menempuh jenjang pendidikan D3, berada di masing-masing kabupaten/kota dan telah dilatih terlebih dahulu untuk memastikan tingkat pemahaman terhadap tujuan dan materi survei. Masing-masing surveyor bertanggung jawab untuk 10 responden.
Uji validitas dan kontrol sebesar 20 persen dari responden dengan metode withness dan spot check.
5. Survei PRC
Politika Research and Consulting (PRC) merilis hasil surveinya Jumat (5/1/2024).
Menurut survei PRC, elektebilitas PDIP unggul dengan angka 17,7 persen, disusul Gerindra 14,2 persen, Golkar 13,2 persen, PKB 11,1 persen, dan PKS 10,3 persen.
Selanjutnya disusul Partai NasDem 8,8 persen, Demokrat 4,8 persen, PAN 4,1 persen, PPP 2,4 persen, dan PSI 1,6 persen.
Kemudian Partai Perindo 0,5 persen, Partai Ummat 0,5 persen, Hanura 0,4 persen, Gelora 0,3 persen, PBB 0,3 persen, Buruh 0,2 persen.
sementara pemelih yang masih merahasikan atau belum menentukan pilihan 3,9 persen dan tidak tidak tahu 5,7 persen.
Survei ini digelar 20-27 Desember 2023 dengan responden berjumlah 1.200.
Populasi survei adalah seluruh warga negara Indonesia (WNI) minimal berusia 17 tahun.
Survei dilakukan melalui teknik wawancara tatap muka dengan supervisi berlapis oleh supervisor pusat, koordinator area, koordinator lapangan, call check, dan tim cleaning.
Pemilihan sampel dilakukan dengan multistage random sampling dengan margin of error sekitar ±2,7 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
6. Survei LSN
Lembaga Survei Nasional (LSN) merilis hasil surveinya, Kamis (4/1/2023).
Berdasarkan hasil survei LSN elektabilitas Gerindra unggul dengan 20,3 persen, disusul PDIP 18,5 persen, Golkar 10,2 persen, PKB 8,9 persen, Demokrat 8,7 persen, PKS 7,9 persen, NasDem 7,5 persen, PAN 4,1 persen, PPP 3,2 persen, Perindo 3,1 persen, PSI 3,1 persen.
Kemudian partai lainnya 2,1 persen.
sementara pemilih yang menjawa tidak tahu atau tidak memberikan jawaban sebesar 2,4 persen.
Survei diketahui dilaksanakan pada 28 Desember 2023 hingga 2 Januari 2024.
Survei melibatkan 1.420 responden dari dari 38 provinsi.
Para responden diambil secara acak sederhana.
Pengumpulan data survei dilakukan dengan metode telepon.
Adapun margin of error survei +/- 2,6 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
7. Survei Indikator Politik
Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbarunya, Selasa (26/12/2023).
Hasil survei terbaru indikator menempatkan elektabilitas PDIP diposisi teratas dengan angka 19,1 persen, disusul Gerindra 18,2 persen, Golkar 9,3 persen, PKB 7,8 persen, NasDem 6,2 persen, PKS 6 persen, PAN 4,5 persen, Demokrat 4,4 persen, PPP 2,8 persen, PSI 2,4 persen, dan Perindo 1,7 persen.
Sementara partai lainnya yang dibawah angka 1 persen di antaranya Ummat 0,8 persen, Hanura 0,4 persen, PBB 0,4 persen, Gelora 0,3 persen, Buruh 0,2 persen, Garuda 0,2 persen, dan PKN 0,1 persen.
Responden yang menjawab tidak tahu atau tidak menjawab sebesar 15,1 persen.
Survei diketahui dilaksanakan pasa 23-24 Desember 2023 dengan melibatkan 1.217 responden yang dipilih secara acak.
Survei dilakukan dengan metode wawancara langsung lewat telepon oleh pewawancara yang sudah profesional.
Adapun margin of error survei yakni +/- 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
8. Survei Litbang Kompas
Litbang Kompas merilis hasil surveinya, Selasa (12/12/2023).
Bedasarkan hasil survei Litbang Kompas, elektabilitas partai Gerindra bisa merangsak ke posisi pertama menyalip PDIP.
Diketahui berdasarkan Survei Litbang Kompas, pada Agustus 2023 elektabilitas Gerindra berada di posisi kedua dengan angka 19,9 persen.
Kemudian pada Desember 2023, elektabilitas naik sekira 3 persen menjadi 21,9 persen.
Berbanding terbalik dengan PDIP yang justru mengalami penurunan.
Tercatat elektabilitas PDIP pada Agustus 2023 sebesar 24,4 persen.
Tetapi pada Desember 2023, elektabilitasnya menurun cukup signifikan menjadi 18,3 persen.
Di posisi ketiga dan keempat, Golkar bersaing ketat dengan PKB.
Elektabilitas Golkar pada Desember 2023 tercapat berada pada angka 8,0 persen, atau meningkat sekira 0,8 persen dari Agustus 2023 yang mencatat hanya 7,2 persen.
Dengan peningkatan angka elektabilitas tersebut membuat Golkar berada di posisi ketiga berdasarkan survei Desember 2023.
Lain hal dengan PKB yang tergeser dari posisi ketiga oleh Golkar.
Pada Agustus 2023, elektabilitas PKB sebesar 7,6 persen dan pada Desember 2023 menjadi 7,4 persen.
Demokrat pun mengalami penurunan dari angka 7,0 persen menjadi 4,5 persen.
Selanjutnya NasDem pun menurun dari 5,9 persen menjadi 4,9 persen.
Begitu juga PKS dari 6,3 persen menjadi 4,5 persen.
Berbeda debfab PAN mengalami peningkatan dari 3,4 persen menjadi 4,2 persen.
PSI dari 0,8 persen meningkat menjadi 2,6 persen, dan PPP meningkat dari 1,6 persen menjadi 2,4 persen.
menurut survei Litbang Kompas yang dirilis Desmber 2023, Perindo, Hanura, Partai Buruh, PBB, Partai Garuda, Partai Ummat, Partai Gelora elektabilitasnya berada di bawah angka 2 persen.
Kemudian yang belum menentukan pilihan sebesar 17,3 persen.
Survei ini diikuti oleh 1.364 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi di Indonesia.
Metode tersebut tersebut memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error lebih kurang 2,65 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana. Survei dibiayai sepenuhnya oleh Harian Kompas.
(Tribunnews.com/ reza deni/ rina/ fransiskus/fersianus/ kompas.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.