Dampak Hengkangnya Maruarar Sirait Terhadap PDIP, Ini Elektabilitas Partai Menurut 8 Survei Terbaru
Sejumlah kader PDIP diketahui memilih hengkang bahkan secara terang-terangan berbeda sikap dalam Pilpres 2024. Apakah berdampak terhadap elektabilitas
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah kader PDIP diketahui memilih hengkang bahkan secara terang-terangan berbeda sikap dalam Pilpres 2024.
Baru-baru ini kadernya, Maruarar Sirait menyatakan keluar dari PDIP dengan alasan mengikuti langkah politik presiden Jokowi.
Jauh sebelumnya, kader PDIP Budiman Sudjatmiko pun dalam Pilpres 2024 berbeda jalan politik dengan partainya.
Budiman kini berada di kubu Prabowo-Gibran yang didukung Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PBB, Garuda, Gelora, dan PSI.
Sebetulnya, bukan hanya Budiman dan maruarar, putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang sebelumnya menjadi Wali Kota Solo karena dukungan PDIP secara terang berseberangan dengan PDIP dengan menjadi cawapres Prabowo Subianto.
Langkah Gibran pun diikuti menantu Jokowi yang kini menjadi Wali Kota Medan, Bobby Nasution.
Bobby Nasution sendiri terpilih menjadi Wali Kota Medan setelah menjadi kader PDIP.
Baca juga: Maruarar Keluar PDIP: Disebut Bikin PDIP Lebih Solid, Jadi Vitamin Prabowo-Gibran jika Gabung TKN
Ada juga kader senior PDIP Eva Kusuma Sundari yang kini menjadi Caleg Partai NasDem.
Menyikapi hengkangnyan Maruarar Sirait, Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Bidang Ideologi dan Kaderisasi, Djarot Saiful Hidayat mengatakan, PDIP tetap solid mendukung Ganjar-Mahfud.
"Oh ndak (pecah di PDIP). Kita tetap solid untuk menangkan Ganjar-Mahfud. Justru akan semakin mempersolid kita, lebih kompak," kata Djarot di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/1/2024).
Djarot menganggap wajar jalan politik yang dipilih Maruarar.
"Kemudian kalau tentang beda pilihan politik itu wajar," ujarnya.
Baca juga: Budiman Sudjatmiko Rayu Maruarar Sirait Gabung Dukung Prabowo-Gibran usai Hengkang dari PDIP
Dia menganggap keluarnya Maruarar dari PDIP sebagai bagian dari kristalisasi kader partai besutan Megawati Soekarnoputri itu.
"Menjelang Pemilu itu terjadi kristalisasi kader. Inilah bagian dari kristalisasi kader," ucap Djarot.