Pengamat Nilai Koalisi Anies-Ganjar akan Jadi Kekuatan Dahsyat, Kepentingannya Dianggap Mirip
Wacana bergabungnya kubu Anies Baswedan dengan kubu Ganjar Pranowo, berhembus kuat.
Penulis: Nuryanti
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Muncul wacana koalisi pasangan calon (paslon) nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dengan paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Pilpres 2024.
Wacana bergabungnya kubu Anies Baswedan dengan kubu Ganjar Pranowo, berhembus kuat pascadebat calon presiden (capres) pada 7 Januari 2024 lalu.
Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo juga diketahui menunjukkan kedekatan dan kekompakan di berbagai kesempatan.
Mengenai wacana koalisi ini, pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menyebut ada dua hal kemungkinan kubu Anies dan Ganjar bersatu di Pilpres 2024.
"Pertama, bukan tidak mungkin jika ada dua putaran dua kubu ini bisa saling berkoalisi karena sama-sama merasa senasib sepenanggungan ‘dimarjinalkan’ secara politik," ungkapnya, Selasa (16/1/2024).
Menurut Adi, jika wacana kubu Anies dan Ganjar benar-benar bersatu, akan menjelma menjadi kekuatan kuat yang merepresentasikan simbol persatuan.
"Di Pilpres misalnya, andai ada dua putaran, kubu 01 dan 03, kalau nyata akan menjadi kekuatan dahsyat."
"Begitupun ketika mereka menyatu di parlemen akan jadi kekuatan yang juga hebat," papar Adi Prayitno.
Kepentingannya Mirip
Sementara itu, pengamat politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, menyebut secara psikologi bukan hal yang mengejutkan jika kubu Anies dan Ganjar bergabung.
Sebab, kata Ujang, paling tidak terdapat dua kondisi wacana itu menjadi kenyataan.
Baca juga: Koalisi Anies & Ganjar Bisa Terwujud Jika Merujuk pada 2 Kondisi Ini, Berbahaya bagi Prabowo-Gibran?
Pertama, elektabilitas paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka terus berada di puncak.
"Secara psikologi memang seperti itu, kenapa karena Prabowo-Gibran surveinya paling tinggi, dan mengalahkan pasangan 1 dan 3," ujarnya kepada Tribunnews.com, Selasa.
"Maka seandainya di putaran kedua mereka bergabung, maka itu sesuatu yang umum, bukan aneh."
"Karena secara politik pasangan 1 dan 3 tertinggal elektabilitasnya," jelas Ujang.