Momen Maruarar Sirait Hadir Dampingi Prabowo Subianto Bertemu Pengurus PGI
Ara Sirait resmi menyampaikan dukungannya terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024.
Editor: Wahyu Aji
“Kita bersyukur ke pendahulu-pendahulu bangsa yang punya pemikiran cemerlang. Penggerak kemerdekaan adalah tokoh muda dengan melahirkan Sumpah Pemuda. Sudah ada konsep majemuk, berbeda-beda tapi satu, menerima kenyataan takdir dari Tuhan,” imbuhnya.
“Kalau ada pemimpin muda sekarang dihujat, saya heran, dulu kan pemimpin kita muda-muda mecetuskan Sumpah Pemuda. Founding Fathers memilih Pancasila bisa mempersatukan suku, agama, etnis di Indonesia,” kata Prabowo.
Saat Prabowo cerita lahir dari keluarga majemuk
Prabowo Subianto, mengungkapkan kisah tentang dirinya yang lahir dari keluarga yang majemuk.
"Saya datang dari keluarga yang ayahnya (suku) Jawa, Ibunya Sulawesi. Saya tahu majemuk. Ada (keluarga) yang Kejawen, ada yang Muslim, ada yang Kristen. Kita hidup rukun tidak ada masalah," kata dia.
Prabowo melanjutkan, tidak pernah sekalipun dalam keluarganya mempermasalahkan perbedaan agama. Ketika pertikaian terjadi pun, hal itu disebabkan oleh ketidakcocokan dalam berpendapat.
"Kita hidup rukun tidak ada masalah. Kalau bertikai bukan urusan agama pasti karena ketidakcocokan, bukan masalah agama," ujar Prabowo.
Dalam kesempatan itu, ia mengaku sudah beberapa kali bertemu dengan pemimpin, dan anggota PGI. Prabowo mengenang, kedekatan keluarganya dengan PGI bermula ketika salah satu pamannya memimpin Lembaga Alkitab Indonesia pada tahun 60-an.
"Saya kira saya bukan orang baru di kalangan PGI. Kalau tidak salah di ruangan ini juga bertatap muka dengan wartawan Kristen, dan banyak keluarga saya memang juga dari keluarga besar Kristen Protestan," ujar dia.
"Bahkan saya ingat salah satu paman saya juga memimpin Lembaga Alkitab Indonesia, tahun jaman dulu 60-an. Dan waktu itu gedung PGI belum sebagus ini," tambah dia.
Tidak hanya dalam keluarga, menurut Prabowo kehidupannya juga diwarnai dengan kemajemukan. Ia bercerita selama bertugas sebagai tentara, kawan-kawan hingga komandannya berasal dari berbagai suku dan agama.
"Saya masuk tentara, masuk Akmil, Sapta Marga itu pertahanan Pancasila. Saya tidur di sebelah saya ada orang Katolik, Hindu. Bersama-sama kita operasi," imbuhnya.
Salah satu nasihat yang tidak terlupa, yaitu dari seniornya Tarmizi Taher, seorang Laksamana AL yang menjabat sebagai Menteri Agama tahun 1993-1998. Saat itu, Tarmizi menekankan masyarakat minoritas merupakan saudara seperjuangan yang juga bagian dari bangsa Indonesia.
"Orang-orang minoritas bukan indekos, dia bayar. Dia bayar dengan keringat dan air mata. Jadi dia adalah saudara kita, seperjuangan, saudara sebangsa dan setanah air," kata Prabowo.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.