Deforestasi, Moratorium Jadi Terobosan Rehabilitasi Hutan
Dalam visi misi Ganjar-Mahfud selain akan melakuan moratorium deforestasi, juga mempercepat reforestasi, reboisasi, restorasi, dan rehabilitasi hutan
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Direktur Eksekutif Auriga Nusantara Timer Manurung mengatakan, lahan hutan primer Indonesia tercatat berkurang 270 ribu hektare pada 2020, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 323,6 ribu hektare.
Berdasarkan analisis Auriga Nusantara, dari 83,8 juta hektar hutan alam di Indonesia saat ini hanya 16,2 juta hektar (19,4 persen) yang dilindungi secara hukum dan berada dalam kawasan konservasi.
Hampir 23 juta hektare hutan diberikan untuk konsesi ekstraktif termasuk 7.3 juta hektare (8,7 persen) untuk konsesi konversi hutan (perkebunan kayu, kelapa sawit dan pertambangan) dan 15,6 juta hektare (18,6 persen) untuk konsesi penebangan pohon yang menurunkan kualitas hutan hutan.
"Sebagian besar hutan alam (44,7 juta hektare atau 53,4 persen) merupakan hutan alam rentan untuk diberikan konsesi ekstraktif oleh pemerintah,” ungkap Timer di Jakarta, Rabu (17/1/2024) seperti dikutip dari Kompas.
Deforestasi merupakan salah satu faktor utama yang berkontribusi pada perubahan iklim. Hutan berperan penting dalam menyerap karbon dioksida dari atmosfer, sehingga dapat membantu mengurangi efek rumah kaca dan mencegah pemanasan global.
Menurut data dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), deforestasi menyumbang sekitar 10-12 persen dari emisi gas rumah kaca global. Hal ini menjadikan deforestasi sebagai sumber emisi gas rumah kaca terbesar kedua setelah pembakaran bahan bakar fosil.
Indonesia, Brasil, dan Kongo adalah tiga negara pemilik hutan tropis terbesar di dunia. Seluas 52 persen hutan hujan tropis dunia berada di ketiga negara ini. Berdasarkan data World Resources Institute, Brasil memiliki hutan hujan tropis seluas 315,4 juta hektare. Sekitar 80 persen berada di di wilayah Amazon.
Sementara Kongo seluas 98,8 juta hektare dan Indonesia 83,8 juta hektare. Sejak 2000, ketiga negara ini kehilangan luas hutan hingga jutaan hektare setiap tahun. Penebangan hutan untuk menghasilkan komoditas menjadi alasan utama.
Penebangan ini dilakukan untuk industri, pertambangan, perkebunan, dan peternakan. Secara umum, laju deforestasi yang paling luas secara berurut: Brasil, Kongo, Bolivia, kemudian Indonesia.
Pasangan calon presiden dan calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD menyerukan penghentian deforestasi alias pembabatan hutan di Indonesia.
Dalam visi misi Ganjar-Mahfud selain akan melakuan moratorium deforestasi, mereka akan mempercepat reforestasi, reboisasi, restorasi, dan rehabilitasi hutan.
Baca juga: Gibran: Tantangan Zaman Now Solusinya juga Harus dengan Cara Zaman Now
"Deforestasi merupakan salah satu masalah lingkungan yang serius di Indonesia. Deforestasi menyebabkan hilangnya hutan, yang berdampak pada berbagai masalah lingkungan, seperti perubahan iklim, banjir, dan kekeringan," kata Ganjar.
Deforestasi adalah hilangnya hutan. Ini terjadi karena berbagai faktor, seperti pembukaan lahan untuk perkebunan, pertanian, dan pertambangan. Indonesia mulai menghitung tingkat deforestasi sejak tahun 1990.
Faktanya, deforestasi tertinggi terjadi pada periode tahun 1996 sampai 2000, sebesar 3,5 juta hektare per tahun, periode 2002 sampai 2014 sebesar 0,75 juta hektare per tahun, dan mencapai titik terendah laju deforestasi pada tahun 2022 sebesar 104 ribu hektare.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.