Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
Tujuan Terkait

TPN: Mahfud MD Tunjukan Masifnya Impor Beras, Jadi Kegagalan Membangun Sistem Ketahanan Pangan

Wakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Ammarsjah Purba memuji Cawapres Mahfud MD yang secara lugas dan akurat menyampaikan paparannya dalam debat.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
zoom-in TPN: Mahfud MD Tunjukan Masifnya Impor Beras, Jadi Kegagalan Membangun Sistem Ketahanan Pangan
Istimewa
Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ammarsjah Purba. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Ammarsjah Purba memuji Cawapres Mahfud MD yang secara lugas dan akurat menyampaikan paparannya dalam debat keempat, Minggu malam.

Ammar pun menambahkan, penampilan Mahfud MD membanggakan dan membuat lega Tim Pemenangan Nasional (TPN). 

“Publik bisa menyaksikan sendiri, setiap menyampaikan statemen dan argumentasinya, Prof Mahfud berbasis data, oleh karenanya segala informasi yang disampaikan beliau, valid dan akurat,” kata Ammarsjah Purba, kepada wartawan, Senin (22/1/2024).

Dalam hal ini, Ammar heran bila ada pihak lain yang menunjukkan gimmick meremehkan pembacaan data yang dilakukan Mahfud MD dalam kesempatan debat itu.

Menurut dia, data sebaiknya disiapkan dan tercatat, karena memori manusia terbatas dalam mengingat angka-angka. 

Apalagi, catatan digunakan Mahfud MD, salah satunya, saat membahas impor pangan utamanya beras, di era Pemerintahan Jokowi. 

Berita Rekomendasi

Mahfud menyebut, janji Jokowi untuk menyetop impor pada debat capres tahun 2014, belum terwujudkan sampai saat ini.

Selama ini pemerintah Presiden Jokowi selalu mengatakan akan mewujudkan swasembada pangan. Alih-alih mendongkrak produksi pangan,  sebaliknya impor beras malah terus mengalir deras. 

Tahun 2023 impor beras mencapai 3,06 juta ton. Kabar terbaru, Presiden Jokowi menetapkan impor 2024 sebanyak 2 juta ton, secara total impor beras para era Jokowi mencapai sekitar 9,42 juta ton.

“Prof Mahfud ingin menunjukkan,  masifnya impor beras merupakan kegagalan pemerintah membangun sistem ketahanan pangan nasional,”  terang Ammar.

Pemanfaatan data juga dilakukan saat  Mahfud berpendapat  soal perusakan hutan atau deforestasi. 

Sampai saat ini tidak ada upaya serius mencegah deforestasi. Jumlah penggundulan hutan mencapai 12 juta hektar selama 10 tahun terakhir. 

“Demikian detail data yang disiapkan tim, Prof Mahfud sampai bisa memberikan metafora, deforestasi itu setara 23 kali Pulau Madura, kampung halaman Prof Mahfud,” jelas Ammar.  

Data kembali digunakan saat berargumen soal konflik agraria dan perkembangan penambangan illegal. 

Di sini, Mahfud menekankan bahwa semua ini tanggung jawab pemerintah dan aparatur yang membiarkan mafia-mafia berkuasa.

“Urusan mafia-mafia penguasaan lahan tersebut dikatakan Prof Mahfud untuk menjawab cawapres lain, yang dengan percaya diri untuk mencabut IUP yang illegal. Dalam pandangan Prof Mahfud, justru pemerintah saat ini melindungi mafia-mafia tambang, bagaimana mencabut IUP, kalau tambang illegal, IUP hanya untuk tambang legal,” kata Ammar.

Baca juga: TPN Ganjar-Mahfud Tekankan Unsur Kesejahteraan Dalam Wujudkan Pertahanan dan Keamanan yang Solid

Program strategis nasional seperti hilirisasi tambang, dalam pandangan Cawapres Mahfud, harus didukung birokrasi yang bersih dan aparatur yang taat hukum, mengingat regulasinya sudah ada.

“Apa yang disampaikan Prof Mahfud, semuanya berbasis data, juga refleksi dari pengalaman beliau sejak menjabat Ketua MK hingga menjadi Menkopolhukam. Wajar saja beliau tidak bersedia menjawab pertanyaan cawapres lain yang kurang bermutu atau recehan, bahwa debat cawapres adalah adu gagasan, bukan saling menjebak,” pungkasnya

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas