Data Soal Deforestasi Dibantah Menteri LHK, Mahfud: Bukan Kesalahan, Saya Pakai Global Forest Watch
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya sebelumnya menilai Mahfud keliru dalam mengkalkulasikan data.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Wahyu Aji

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 3 Mahfud MD menegaskan tidak ada yang salah terkait data deforestasi yang disampaikannya saat debat cawapres yang digelar pada Minggu (21/1/2024) lalu.
Mahfud mengatakan data deforestasi yang dirujuknya bersumber dari Global Forest Watch (GFW).
"Memang betul bukan kesalahan. Perbedaan membaca data. Yang disampaikan Bu Siti Nurbaya (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan) itu adalah deforestasi neto, data yang ada di KLH dan di BPS. Itu yang memang ada di situ," kata Mahfud di Posko Teuku Umar no 9, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (23/1/2024).
"Sedangkan data yang saya baca dari Global Forest Watch, dunia. Global Forest Watch itu memotret hilangnya atau tutupan hutan dalam waktu tertentu. Sedangkan deforestasi neto itu merupakan deforestasi bruto dikurangi reforestasi. Sehingga sisanya seperti yang dikatakan oleh Bu Siti Nurbaya," sambung dia.
Meski ia mengakui cara pembacaan data yang dilakukan oleh Siti Nurbaya dan dirinya berbeda, namun menurutnya tidak ada yang salah dengan kedua cara membaca data itu.
Kedua data tersebut, kata Mahfud, sama-sama benar.
"Saya pakai yang Global Forest watch itu dan tidak ada yang salah. Cuma Bu Siti Nurbaya mengurangi dengan tambahan tapi di tempat lain, sementara yang rusak lebih dulu kan tidak tertutupi juga, tidak terperbaiki. Itu saja, tidak apa-apa bagus ini. Sama-sama benar, tinggal mau baca dari mana, bruto atau neto," kata dia.
"Bahwa ada reforestasi ini kan di tempat lain kan tidak memperbaiki yang rusak. Data lengkap soal ini dari tahun ke tahun, tempat ke tempat, itu kalau anda perlukan ada di Pak Andi Widjajanto di TPN lengkap. Itu saja tidak ada perbedaan, (hanya beda) cara hitung," sambung dia.
Dalam debat pada Minggu (21/1/2024) lalu, Mahfud memgatakan selama 10 tahun terakhir terjadi deforestasi atau penggundulan hutan besar-besaran.
Deforestasi, lanjut Mahfud, terjadi sangat masif hingga luasnya lebih dari luas negara Korea Selatan.
"Bahkan, dalam 10 tahun terakhir terjadi deforestasi 12,5 juta hektare hutan kita. Itu jauh lebih luas dari Korea Selatan dan 23 kali luasnya Pulau Madura di mana saya tinggal," kata Mahfud saat debat di Jakarta, Minggu (21/1/2024).
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya sebelumnya menilai Mahfud keliru dalam mengkalkulasikan data.
Baca juga: Menteri LHK Bantah Data Mahfud MD Soal 12,5 Juta Hektare Hutan di Indonesia Alami Deforestasi
Sehingga, kata dia, data yang dipaparkan Mahfud dalam debat Cawapres disebut berlebihan.
"Saya harus mengatakan bahwa data itu salah. Saya bisa kasih tahu data yang sebenarnya. Kalau dipakai sejak tahun 2013, ada persoalan konsep. Dan ada persoalan bagaimana membaca data," kata Siti Nurbaya saat ditemui sejumlah wartawan di Media Center Kementerian LHK, Senayan, Jakarta Selatan pada Senin (22/1/2024).
Ia menjelaskan angka deforestasi hutan di Indonesia pada tahun 2013 adalah 730 ribu hektare.
Kemudian di tahun 2015, kata dia, angka deforestasinya bertambah menjadi 1,09 juta hektare.
"Jadi dari 0,73 juta hektare naik ke 1,09 juta hektare itu karena bencana El Nino di tahun 2015. Kemudian di tahun 2016 turun jadi 630 ribu hektare, dilanjutkan 2017 menjadi 480 ribu hektare, 2018 jadi 440 ribu hektare," kata Siti.
"Di tahun 2019, Indonesia kembali mengalami El Nino, tapi tidak separah di tahun 2015. Di mana, angka deforestasinya menjadi 460 ribu. Sekarang di tahun 2022, kita hanya deforestasi 104 ribu hektare," sambung dia.
Siti juga mempertanyakan data yang disampaikan Mahfud hingga 12,5 juta hektare lahan mengalami deforestasi.
Padahal menurutnya data yang telah disampaikan tersebut tidak menunjukkan hal tersebut, serta tidak konkret untuk dijumlahkan begitu saja.
"Jadi penegasannya itu, tadi bayangin aja 700 ribu hektare. Ini nggak bisa data kumulatif dengan data tahun selanjutnya. Misalnya tahun ini ada 600 ribu hektare lahan mengalami deforestasi, tahun depannya menjadi 900 ribu. Tidak bisa ditambahin begitu, 600 ribu tambah 900 ribu hektare. Kan nggak, tempatnya masih sama. Artinya angka deforestasi yang bertambah hanya 300 ribu hektare," kata dia.
Siti juga menjelaskan penurunan angka deforestasi di Indonesia mendapat apresiasi di sejumlah lembaga internasional, termasuk Perdana Menteri Norwegia pada saat acara COP28.
"Dan kita Indonesia ini nggak main-main kalau deforestasi. Penurunannya mencapai 65 persen dari tahun lalu ke tahun sebelumnya, atau tahun 2022," kata dia.
Ia menyatakan pihaknya terus mengontrol angka deforestasi di Indonesia dengan mengimbau perusahaan atau setiap proyek di satu kegiatan untuk melakukan konsep zero deforestasi.
"Karena kita kan masih membangun jalan. Kita masih memberikan perumahan dan itu nggak bisa dibilang deforestasi. Karena ada penanamannya kembali, deforestasinya ada dan lain-lain. Jadi perkiraan saya ke depan malah angkanya akan lebih baik lagi dari yang sekarang," kata Siti.
Dilansir dari laman resmi Global Forest Watch (GFW) pada Selasa (23/1/2024), GFW menyatakan sebagian besar kehilangan hutan primer di Indonesia berada di dalam wilayah yang diklasifikasikan Indonesia sebagai hutan sekunder dan tutupan lahan lainnya misalnya pertanian lahan kering campuran, tanaman perkebunan, hutan tanaman perdu, dan lain-lain.
GFW juga menyatakan definisi hutan primer GFW berbeda dengan definisi dan klasifikasi hutan primer resmi Indonesia.
Baca juga: CEK FAKTA: Benarkah Luas Deforestasi di Indonesia 10 Tahun Terakhir Seluas Korea Selatan?
Oleh karena itu, menurut GFW, statistik GFW tentang kehilangan hutan primer di Indonesia jauh lebih tinggi daripada statistik resmi Indonesia tentang deforestasi di hutan primer.
Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!
A member of

Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.