Pengamat: Debat Kelima Jadi Penentu Final Capres-cawapres
Menurut Titi dalam debat pamangkus ini, pembahasan soal perempuan dan anak muda sangat diharapkan muncul.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Malvyandie Haryadi
![Pengamat: Debat Kelima Jadi Penentu Final Capres-cawapres](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/debat-terakhir-calon-presiden-dan-wakil-presiden-pemilu-2024_20240204_194839.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan, perhelatan debat kelima pilpres 2024 ini menjadi penentu final bagi capres-cawapres untuk menyampaikan gagasan.
Sebagai pemilih mengambang dirinya berharap para capres dapat tampil meyakinkan pemilih dengan penyampaian visi-misi yang tegas dan jelas.
"Ini menentukan kami mau pilih siapa. Akan menjadi pertimbangan yang sangat substansial buat minimal saya sebagai pemilih mengambang," tutur dia dalam talkshow bersama Tribun Network di Jakarta, Minggu (4/2/2024).
Menurut Titi dalam debat pamangkus ini, pembahasan soal perempuan dan anak muda sangat diharapkan muncul.
Perempuan dan anak muda memiliki irisan dengan tema malam ini seperti isu stunting.
"Jadi itu yang saya harapkan karena terus terang perempuan tidak jadi isu khusus tapi isu yang dilekatkan diharapkan muncul sebagai penghubung di antara tema-tema debat ini," jelas pengajar fakultas hukum di Universitas Indonesia ini.
Titi pun menyoroti, penyelenggaraan debat terakhir pada pilpres 2024 ini.
Lantaran, jeda dengan hari H pencoblosan terlalu jauh. Diketahui hari H pencoblosan akan digelar pada 14 Februari 2024 atau masih 10 hari lagi dari debat kelima ini.
Berbeda dengan pilpres 2019 debat terakhir digelar 13 April 2019 sementara hari pungutan suara 17 April 2019.
"Dalam durasi 10 hari menuju hari H banyak hal yang bisa terjadi," ucapnya.
Dirinya khawatir dengan jeda yang yang lama ini ada pratik-pratik transaksional yang dilakukan.
"Kenapa KPU memilih 4 Februari Kenapa KPU tidak memilih jeda yang cukup dekat dengan hari H sehingga orang teringat gagasan. Kita khawatirkan adalah durasi yang agak panjang itu memicu praktek-praktik transaksional ataupun praktik-praktik yang tidak substansial," tutur Titi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.