Diinisiasi Prabowo-Gibran, Begini Penerapan Program Makan Gratis Anak di Malaysia dan Singapura
Penerapan program makan gratis bagi anak telah diterapkan di Malaysia dan Singapura. Tengah digaungkan Prabowo-Gibran, bagaimana penerapan di sana?
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Program makan siang gratis untuk anak yang diinisiasi pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka masih menjadi sorotan.
Sebelumnya, program ini disebut turut menjadi pembahasan dalam sidang paripurna Kabinet Indonesia Maju yang digelar di Istana Negara pada Senin (26/2/2024) lalu.
Hal ini sempat disampaikan oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Selain itu, Menteri Koordinator Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto menyebut program makan siang gratis bakal dianggarkan sebesar Rp 15.000 per anak.
Namun, anggaran tersebut masih di luar pemberian susu gratis untuk anak.
Di sisi lain, ketika program ini masih menjadi program capres-cawapres, tetapi di Malaysia dan Singapura sudah diterapkan.
Bahkan, di Malaysia, program makan gratis untuk anak-anak seperti yang digaungkan Prabowo-Gibran ini sudah dilakukan sejak 1979 lalu.
Selengkapnya berikut penerapan program makan gratis untuk anak di Malaysia dan Singapura.
Baca juga: TPN Ganjar-Mahfud Sebut Aneh Makan Siang Gratis Dibahas di Istana: Janji Prabowo yang Bayar Jokowi
Malaysia
Dikutip dari pemberitaan The Straits Times pada 20 Januari 2020, pemerintah Malaysia telah mengimplementasikan program makan gratis sejak 1979 lalu.
Adapun program ini disebut Rancangan Makanan Tambahan (MRT) yang menyasar anak-anak sekolah dari keluarga sangat miskin.
40 tahun berselang yaitu pada 2019, pemerintah Malaysia memperluas program makan bagi anak-anak ini dan mulai berlaku pada Januari 2020.
Pemerintah Malaysia pun menjelaskan, selain siswa dari keluarga miskin, program makan gratis ini juga diterima bagi siswa penyandang disabilitas hingga masyarakat adat.
"Kita ingin berfokus kepada anak-anak yang sangat miskin untuk menjamin bahwa mereka tidak lapar ketika belajar di sekolah," kata Menteri Pendidikan Malaysia saat itu, Habibah Abdul Rahim.