Ada 'Prabowo Effect' dan 'Honeymoon Period', Gerindra Diprediksi Bisa Menang Banyak di Pilkada 2024
Adi menganalisa "Prabowo effect" akan berpengaruh signifikan terhadap preferensi politik para pemilih di Pilkada Seluruh Indonesia.
Penulis: willy Widianto
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Gerindra berpotensi menyapu bersih kemenangan dalam Pilkada Serentak 2024 apabila mampu mengkapitalisasi ketokohan Prabowo Subianto dan secara cerdas mengkombinasikannya dangan faktor ketokohan kandidat lokal. Salah satu provinsi yang potensial adalah Papua.
Pengamat Politik Adi Prayitno mengatakan pelantikan Presiden Terpilih 20 Oktober 2024 mendatang akan mengubah konfigurasi politik di tingkat nasional dan akan berpengaruh hingga ke level lokal dalam Pilkada Serentak 27 November 2024.
Pada saat itu bintang barunya adalah Prabowo Subianto. Adi menganalisa "Prabowo effect" akan berpengaruh signifikan terhadap preferensi politik para pemilih di Pilkada Seluruh Indonesia.
Dalam literatur Ilmu Politik, terang Adi, dikenal istilah "Honeymoon period" atau masa bulan madu dimana seorang presiden pada awal masa jabatannya mendapat dukungan luas dari rakyat maupun media, bahkan oleh pihak oposisi sekalipun.
"Honeymoon period atau masa bulan madu ini biasanya ditandai adanya harapan besar bahwa presiden baru akan membawa perubahan positif dan memenuhi janji-janji kampanye (high expectations). Di sisi lain tingkat pengawasan maupun kritik dari rakyat cenderung rendah (Low scrutiny)," kata Adi, Rabu(24/7/2024).
Prabowo Effect telah terkonfirmasi di berbagai survei seperti di Jakarta, Jawa Tengah, termasuk di Papua dan diyakini makin kuat setelah pelantikan Presiden dan Wakil Presiden.
Tingginya kecintaan dan harapan publik terhadap figur Prabowo Subianto hanya mungkin dikapitalisasi maksimal oleh Partai Politik yang memiliki asosiasi langsung dengan Prabowo yaitu Partai Gerindra. Karena itu pihaknya mengaku tertarik membahas peluang Gerindra menjadi pemenang Pilkada di tanah Papua.
"Untuk menang, kepengurusan Partai Gerindra di setiap tingkatan mesti jeli mengkapitalisasi ketokohan Pak Prabowo sebagai media darling dan mengkombinasikannya dengan faktor ketokohan kandidat maupun kader potensial di tingkat lokal," kata Adi.
Dalam konteks potret politik di tanah Papua, Adi meyakini Gerindra bisa menyapu bersih kemenangan Pemilihan Gubernur jika menerapkan strategi yang tepat dalam menentukan kandidat.
Untuk Pilgub di Provinsi Papua, Adi memprediksi persaingan sengit akan terjadi terhadap empat pasang kandidat. Pihaknya mendapat informasi Gerindra akan mengusung kader potensialnya Yan Permenas Mandenas yang merupakan anggota DPR RI berpasangan dengan Yunus Wonda dari Demokrat. Kabarnya, PAN dan PSI juga akan turut bergabung dengan pasangan ini. Pasangan ini akan melawan kandidat lainnya yaitu Paulus Waterpauw, Mathius Fakhiri dan Benhur Tomi Mano
"Politik itu dinamis, tapi strategi Gerindra di Papua induk ini bila terwujud kemungkinan sangat efektif. Pemilihan kader sendiri adalah wujud penghargaan atas loyalitas dan kualitas kader," jelas Adi.
Untuk Pilgub di Papua Tengah, Adi memuji kelihaian Gerindra yang bergerak cepat menerima permintaan Willem Wandik menjadi kader Partai Gerindra. Mantan Bupati Puncak ini kabarnya telah mendapat KTA Partai Gerindra.
"Pilkada Papua Tengah ini menjadi battleground yang diincar banyak pihak, karena Freeport ada di situ, Blok Wabu ada di situ," tegas Adi.
Dari segi elektabilitas dan ketokohan, Willem Wandik dinilai berada di atas kandidat lainnya.