Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bukan Mulyono, Anies Batal Maju Pilkada Dinilai Karena PDIP Setengah Hati dan Terkait Kasus Ahok

Diketahui, Mulyono yang dimaksud merupakan nama lahir dari Presiden Jokowi dan sempat menjadi perbincangan di media sosial.

Penulis: Reza Deni
Editor: Acos Abdul Qodir
zoom-in Bukan Mulyono, Anies Batal Maju Pilkada Dinilai Karena PDIP Setengah Hati dan Terkait Kasus Ahok
Istimewa
Ketua Umum Rampai Nusantara, Mardiansyah Semar  

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sempat diisukan akan diusung PDI Perjuangan maju sebagai bakal Calon Gubernur Jakarta hingga Jawa Barat, Anies Baswedan dipastikan gagal maju pada Pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024.

Ketua DPD PDIP Jawa Barat Ono Surono menyebut sosok "Mulyono" sebagai orang yang bertanggung jawab di balik kegagalan Anies Baswedan tersebut.

Diketahui, Mulyono yang dimaksud merupakan nama lahir dari Presiden Jokowi dan sempat menjadi perbincangan di media sosial.

Namun, Ketua Umum Rampai Nusantara, Mardiansyah Semar menilai kegagalan PDIP untuk mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta dan Jawa Barat bukan karena sosok di luar partai. Ia menilai hal itu justru disebabkan karena kehadiran Anies Baswedan belum diterima sepenuhnya oleh internal PDIP sendiri.

"Ketua DPD Jabar mungkin sedang tidak stabil emosi dan saat menyampaikan ada sosok Mulyono yang menjadi penyebab kegagalan pencalonan Anies Baswedan dalam Pilkada kali ini. Saya yakin justru karena masalah internal di partai itu sendiri yang belum sepenuh hati menerima sosok Anies Baswedan," kata Semar dalam keterangannya, Sabtu (31/8/2024).

Untuk diketahui, Rampai Nusantara merupakan salah satu kelompok relawan pendukung pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024.   

Baca juga: Dharma-Kun Janji Gratiskan JIS, RK Ngaku Ogah Kampanye Jual Nama Persija dan The Jakmania

Berita Rekomendasi

Semar menilai Anies merupakan orang yang sejak Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 selalu berseberangan secara politik dengan PDIP.

Sehingga tidak mudah untuk meyakinkan kader di bawah untuk menerima orang yang selama ini menjadi lawan politiknya.

"Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 menjadi awal Anies berhadapan dengan ahok kader PDIP yang membawa luka mendalam karena tidak hanya menjual suara, tapi juga menyebabkan Ahok dijebloskan dalam penjara," kata dia.

"Berlanjut pertarungan hingga pilpres 2024 lalu pun masih bersebrangan secara garis kepentingan politik di level nasional, kemudian tiba-tiba mau masuk menjadi bagian yang harus dimenangkan oleh kader-kader PDIP saya kira internal mereka akan sulit menerima dan tidak mungkin bisa maksimal memperjuangkannya, itu mungkin yang menjadi pertimbangan Bu Mega," tambahnya.

Semar yakin saat ini partai menjadi penentu utama untuk maju tidaknya seseorang dalam pilkada meskipun secara aturan juga dimungkinkan untuk maju sebagai calon independen.

Karenanya, dikatakan dia, jika ada kegagalan pencalonan dalam pilkada sudah pasti karena mekanisme partai pengusung yang memiliki pertimbangan dan bukan sosok lain.

"Bu Mega ini ketua umum partai paling senior saat ini, partai pemenang pula kalo ada pihak yang menuding campur tangan orang di luar partai mengintervensi keputusanya saya kira orang itu tidak faham betapa tegas dan kuatnya nya ketua umum PDI Perjuangan, janganlah meragukan apalagi merendahkan bu mega yang seakan bisa di intervensi, beliau memiliki kewenangan mutlak dalam menentukan calon kepala daerah," kata dia.

Baca juga: Suara Jokowi Meninggi dan Mata Melebar Dituding jadi Dalang Gagalnya Anies Maju Pilkada

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas