Pemuka Adat dan Agama Papua Suarakan Keresahan Sikapi Dinamika Pilkada di Wilayahnya
Ia menegaskan, berkaitan kegagalan tersebut akibat dari pada penyelenggaraan tata kelola demokrasi di Indonesia yang tidak sehat.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelaksanaan Pilkada Serentak 2024, yang konon bertajuk sebagai pesta demokrasi ini menyisakan dinamika, berawal sejak penentuan bakal calon kepala daerah.
Misalnya, yang terjadi di Provinsi Papua, Partai Golkar dengan mudahnya merubah rekomendasi bakal calon yang diusung jelang menit-menit akhir pendaftaran.
Drama yang belum lama ini terjadi membuat para tokoh di Papua merespons perubahan situasi politik tersebut karena menganggap peta politik di Tanah Papua cenderung tidak dinamis. Para tokoh ini ialah pemuka agama dan adat.
Mereka menyayangkan sikap Partai Golkar yang terkesan janggal, setelah mencabut rekomendasi dari Komisaris Jenderal Polisi Purnawirawan Paulus Waterpauw, dan menyerahkan kepada kandidat lain.
Sedangkan, eks Kapolda Papua dan Papua Barat ini sosok yang diharapkan memimpin masyarakat Papua.
Menurut Pendeta Jimmy Koirewoa, sejumlah warga Papua kecewa atas gagalnya Waterpauw maju sebagai calon gubernur Papua.
"Rakyat Papua kecewa untuk kesekian kalinya, negara tidak menghargai jeritan hati orang Papua. Sampai kapan hati orang Papua terus disakiti?" ujar Jimmy dalam keterangannya, Senin (28/10/2024).
Ia menegaskan, berkaitan kegagalan tersebut akibat dari pada penyelenggaraan tata kelola demokrasi di Indonesia yang tidak sehat.
"Penerapan demokrasi yang dilakukan Partai Golkar justru mengancam sendi-sendi kehidupan berbangsa," ucapnya.
Baca juga: Bawaslu Temukan 195 Kasus Pelanggaran Netralitas Kepala Daerah di 25 Provinsi
Begitu juga disampaikan Pendeta Robert Nerotumilena.
Menurutnya, Waterpauw adalah simbol pemersatu dari semua etnis dan ras di Papua, baik warga asli Papua maupun pendatang.
Karena, menurutnya masyarakat Papua mengharapkan Waterpauw yang dapat menciptakan iklim perdamaian, dimana selama ia menjabat, Papua selalu kondusif, damai dan tenteram.
"Kami semua sangat kecewa dengan kebijakan partai di tingkat pusat, dengan kepentingan mereka telah mengorbankan kepentingan rakyat Papua," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Adat Papua (DAP) Wilayah Tabi, Uthate Yakonias Wabrar menyatakan, negara tidak jeli menempatkan figur pemimpin di Papua.
Sementara, Waterpauw telah memberikan kontribusi besar untuk negara selama berkarier di Papua.
"Hanya ada dua sosok negarawan yang pantas memimpin Papua, yaitu Barnabas Suebu dan Paulus Waterpauw adalah jejaknya. Kalau Barnabas Suebu bisa, kenapa Waterpauw tidak?" tandasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.