Kisah Inspiratif Sutopo Purwo Nugroho Saat Skripsi, Sempat Patah Semangat Lalu Ingat Orangtua
Meninggalnya pria asal Boyolali ini tak hanya menjadi duka keluarga dan orang terdekat saja. Kepergian Sutopo juga menimbulkan duta di hati netizen.
Editor: Content Writer
Semasa hidup, Sutopo dikenal sebagai sosok yang penuh semangat dan inspiratif. Ia tak sungkan menuangkan berbagai kisah serta pengalamannya.
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Pusdatinmas) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia, Minggu (7/7/2019).
Sutopo menghembuskan nafas terakhirnya di Guangzhou, China pukul 02.20 waktu setempat atau 01.20 WIB.
Meninggalnya pria asal Boyolali ini tak hanya menjadi duka keluarga dan orang terdekat saja.
Kepergian Sutopo menghadap Sang Khalik juga menimbulkan duka di hati netizen.
Terbukti, tagar #RIPSutopoPN sempat menjadi trending Twitter nomor satu.
Sedianya, Sutopo akan menjalani pengobatan selama sebulan di Guangzhou, China.
Namun takdir rupanya berkata lain, belum genap sebulan menjalani pengobatan, Sutopo justru lebih dulu dipanggil Yang Maha Kuasa.
Semasa hidup, Sutopo dikenal sebagai sosok yang penuh semangat dan inspiratif.
Ia tak sungkan menuangkan berbagai kisah serta pengalamannya pada para followers di Instagram.
Tak terkecuali, pengalamannya saat mengerjakan skripsi di tahun 1993 silam yang diunggahnya ke Instagram pada 31 Mei 2019.
Kisah tersebut masih tersimpan rapi di blocknote pemberian sahabatnya.
Sama seperti kebanyakan mahasiswa tingkat akhir lainnya, Sutopo Purwo Nugroho ternyata pernah patah semangat.
Data yang sulit diperoleh, gagal statistik hingga permintaan dosen yang aneh membuatnya sempat putus asa dan mengabaikan skripsinya.
"Pernahkah kalian mengalami patah semangat menyelesaikan skripsi?
Lalu mengabaikan skripsi, dan akhirnya insaf untuk menyelesaikan.
Saya pernah mengalami itu.
Gara-gara data sulit diperoleh, gagal statistik multivariat, dan permintaan dosen pembimbing juga aneh.
Menyalahkan tapi tidak memberi solusi," kisahnya.
Selama berbulan-bulan ia merasa kebingungan, hingga akhirnya ia sadar lewat teguran kedua orangtuanya.
"Akhirnya skripsi saya tinggalkan dengan penuh kebingungan.
Mau ganti tema juga nanggung.
Berbulan-bulan penuh ketikpastian dan tak ada kemajuan. .
Saat ditanya orangtua, "Kamu kapan wisuda?
Jangan lama-lama kuliahnya karena biayanya mahal.
Adikmu juga bayar SPPnya mahal.
Apalagi adikmu kuliah di swasta lebih mahal," lanjutnya.
Perkataan orangtuanya tersebut rupanya membuat Sutopo sadar dan akhirnya menyelesaikan skripsinya.
"Selalu mengingat orangtua, selalu membangkitkan semangat belajar.
Membayangkan betapa bahagianya orangtua hadir di tengah wisudaku.
Semua itu tertuang dalam catatan di blocknote Mei 1993.
26 tahun yang lalu.
Blocknote pemberian temen dari UI.
Jadi jangan patah semangat.
Saat ada hambatan menyelesaikan skripsi.
Ingst selalu orangtua.
Bayangkan mereka hadir di tengah wisuda.
Pasti bahagia," tutupnya.
Berikut isi catatan Sutopo Purwo Nugroho saat berjuang menyelesaikan skripsi.
"Bapak, Ibu...
Aku minta maaf yang sebesar-besarnya atas semua kesalahan yang telah ku perbuat.
Maafkan semua kebohongan, melalaikan kewajiban, tidak menomersatukan studi dan terlena dengan keindahan-keindahan sesaat...
Tanpa mau menengok ke belakang begitu sulit dan beratnya bapak, ibu membiayaiku sehingga semuanya sia-sia.
Tuhan...
Berikan aku kekuatan dan motivasi yang tinggi agar aku dapat bangkit kembali.
Tegarkanlah diriku agar aku dapat menyelesaikan skripsi.
Ya Allah hanya kepadaMU aku memohon...
Berilah aku ketenangan jiwa dan dapat melupakan semuanya.
Sekarang aku berjanji pada bapak, ibu dan padaMU aku akan segera menyelesaikan semua kewajibanku, untuk menggapai semua cita-citaku.
Tuhan...
Kuharap Kau merestui dan menyertai semua tekatku, sebagai bagian darma baktiku pada orang tua.
Ya Allah...
Mudahkanlah semua jalanku dan peluklaj aku!
Hanya dengan mengingatMU mata hatiku menjadi terang."