Lilis sang Penenun Kain Baduy Terampil Menenun Sejak Umur 10 Tahun
Perempuan warga adat Baduy, Lebak, Banten memiliki keterampilan menenun turun temurun untuk keperluan sendiri. Kini kain Baduy disukai orang luar juga
Editor: Setya Krisna Sumarga
"Peletakan itu sesuai gambar motif yang dibuat. Nanti tinggal ditarik untuk menyesuaikan penenun," ucap perempuan yang sudah menenun mulai usia 10 tahun ini.
Lilis rata-rata membuat tenun sepanjang dua meter dengan lebar satu meter.
Kain sepanjang itu bisa dibuat sebagai bahan baju dan selimut.
Dalam sehari, Lilis bisa berjam-jam duduk dengan posisi kedua kaki lurus ke depan untuk membuat tenun.
“Kalau lelah ya istirahat saja dulu. Tidak seharian duduk untuk membuat tenun. Biasanya istirahat kalau sudah satu jam lebih," kata perempuan berambut lurus ini.
Tidak hanya menerima pesanan pembuatan tenun, Lilis juga menjual sejumlah kerajinan tangan lainnya, seperti gantungan kunci, iket, dan baju khas Baduy.
Kerajinan tangan itu diletakkan di teras rumah panggungnya.
Lilis tidak sendirian dalam membuat tenun.
Di sejumlah rumah panggung di Baduy Luar, juga terlihat perempuan yang sedang membuat kain tenun.
Satu di antara tokoh masyarakat, Jali Marsinun, mengatakan lebih dari 30 perempuan yang bisa membuat kain tenun di Kampung Kadu Ketug.
Menurut dia, menenun sudah dilakukan sejak dulu.
Dulu, warga membuat kain tenun untuk kebutuhan pakaiannya secara pribadi.
"Sekarang sudah menyebar. Ada beberapa motif khas Baduy, seperti poleng hideung, suat songket, dan aros awi gede," ujar pria berusia 70 tahun ini.
Inovasi kain tenun Baduy dilakukan penata busana dari Serang, Rahmatullah. Ia memodifikasi kain tenun Suku Baduy menjadi modern tanpa dijahit sehingga cocok dipakai di acara pernikahan.