Sumiran Pria Lulusan SMP di Tanah Laut Kalsel Ciptakan Detektor Banjir Empat Bahasa
Sumiran, warga Tanah Laut, Kalsel menciptakan detektor banjir empat bahasa. Sumiran hanya lulusan SMP tapi mahir mereparasi elektronik.
Editor: Setya Krisna Sumarga
![Sumiran Pria Lulusan SMP di Tanah Laut Kalsel Ciptakan Detektor Banjir Empat Bahasa](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/sumiran-warga-tanah-laut-kalsel-menunjukkan-detektor-banjir-buatannya.jpg)
Termasuk memperbaiki parabola hingga kendaraan bermotor. Selain sibuk dengan pekerjaannya itu, Sumiran juga memiliki kepedulian besar terhadap lingkungan.
Ia turut gundah ketika bendungan yang berada di Desa Benua Tengah ( Kecamatan Takisung) beberapa kali meluap saat terjadi curah hujan berintensitas tinggi hingga menyebabkan banjir.
Bahkan pada pertengahan Januari 2021 saat Tala dilanda bencana alam besar, bendungan tersebut jebol.
Dampaknya, rumah warga di sekitarnya kebanjiran, tanaman pertanian tenggelam, hingga jalan raya Takisung di wilayah setempat sempat tenggelam tak bisa dilintasi selama beberapa jam.
Hal itu mendorong Sumiran untuk memutar otak mencari cara meminimalisasi risiko ketika hal serupa terjadi kembali.
"Itulah yang mendasari saya menciptakan alat deteksi banjir multibahasa. Tujuannya agar ketika kondisi debit waduk rawan, warga sekitar bisa bersiap-siap mengamankan diri," ucap Sumiran.
Perlengkapan yang ia gunakan sederhana untuk membikin alat deteksi banjir tersebut.
Hanya berupa komponen elektronik, arduino (pengendali mikro), penyimpanan data. sensor air, pemancar radio FM, mikrofon, pipa paralon, dan rangka besi penyangga.
Sumiran menambahkan empat bahasa pada alat tersebut yakni Bahasa Indonesia, Inggris, Banjar, dan Jawa.
Secara otomatis ketika debit waduk dalam kondisi mulai rawan (hampir meluap), maka akan muncul suara pemberitahuan berupa rekaman suara dalam empat bahasa tersebut.
Cara kerjanya sederhana. Ketika sensor yang dipasang pada pipa (bagian bawah) tersentuh air maka otomatis akan muncul rekaman suara pemberitahuan tersebut agar warga waspada.
Pada sensor berikutnya ketika kondisi debit waduk telah berada pada kondisi rawan maka akan muncul suara sirine nyaring. Artinya, warga sekitar harus segera mengungsi.
"Sensornya bisa disesuaikan dengan ketinggian permukaan air waduk yang dianggap mulai rawan dan rawan. Gampang saja ngaturnya," papar Sumiran.
Alatnya tersebut berukuran kecil karena hanya untuk lomba. Jika diaplikasikan di waduk perlu dibikin yang berukuran lebih besar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.