Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Julkisno Kaisupy dari Seram Barat Merantau ke Ambon Ingin Ubah Masa Depan

Iptu Julkisno Kaisupy lahir di pedesaan Pulau Seram Barat, merantau ke Ambon dan akhirnya jadi Kapolsek di wilayah Ambon dan sekitarnya.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Julkisno Kaisupy dari Seram Barat Merantau ke Ambon Ingin Ubah Masa Depan
TRIBUN AMBON/HO
Inspektur Satu Julkisno Kaisupy dijuluki 'Kapolsel Humanis" karena kepribadiannya yang hangat terhadap masyarakat tempat ia ditugaskan sebagai Kapolsek. 

TRIBUNNEWS.COM, AMBON - Julkisno Kaisupy muda memutuskan merantau ke Ambon dari Negeri Iha, Kecamatan Huamaul, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB).

Ia yang ditinggalkan sang ayah sejak bangku kelas satu SD, bertekad ingin mengubah nasib dan memperbaiki hidup diri dan keluarganya di kampung.

Kini, Julkisno Kaisupy telah berpangkat Inspektur Satu (Iptu), dan kemungkinan besar pangkatnya akan segera naik setelah menduduki jabatan Kapolsek Pelabuhan Yos Sudarso Ambon, Maluku.  

Julkisno dikenal sosok yang hangat terhadap masyarakat di mana pun ia bertugas sebagai anggota Polri.

Untuk keramahannya membuat Julkisno Kaisupy dijuluki ‘Kapolsek Humanis’. Ia pernah menjabat Kapolsek Teluk Elpaputih hingga Pulau Haruku.

Selalu menjunjung tinggi kepentingan bersama, Julkisno kerap muncul di tengah masyarakat yang bertikai sekalipun.

Kehadirannya selalu diperhitungkan, tak ayal sosoknya dicintai masyarakat setempat.

Berita Rekomendasi

Masyarakat sipil pun tak sungkan ketika bertukar cerita, diskusi bersama sosok satu ini.

Tapi ada jalan panjang berliku yang dilalui Julkisno sebelum ada di titik sekarang ini.

Berasal dari keluarga sederhana, Julkisno sejak kecil enggan berkecil hati membangun masa depannya.

Ia lahir dan besar di Negeri Iha, Kecamatan Huamaul, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Provinsi Maluku, hingga memilih merantau ke Ambon guna bertarung dan mengubah jalan hidup.

Sejak kecil, Julkisno menjalani kehidupan yang epik bersama 7 saudara lainnya.

Lahir sebagai anak bungsu dari ayah sang petani dan seorang ibu yang berprofesi sebagai `Mama Biam` atau bidan tradisional yang membantu proses persalinan.

Tak seperti keberuntungan orang lain, Julkisno tidak merasakan belas kasih sang ibu sejak berada di bangku kelas satu SD.

Untuk itu, hidupnya berpindah-pindah dari rumah ke rumah.

Ia dirawat oleh bibi dan paman dari bapak, serta kakak-kakaknya, terus berpindah adalah kondisi yang dirasakan mulai kecil, remaja, hingga dewasa.

Tahun 1994 menjadi awal mula Julkisno melanjutkan studi di SMA Negeri 7 Ambon, tinggal bersama kakak perempuannya di Asrama TNI Kompi A 733 Masariku, Waiheru.

Tetapi hanya bertahan enam bulan, kakak iparnya pindah menjalankan tugas di Ternate, Julkisno mencari tempat tinggal baru yakni kos.

Untuk menyelesaikan studi, Julkisno hanya berharap kiriman dari kakaknya.

Sedangkan makan sehari-hari kerap didapatkan usai memutar otak sendiri dengan mencari penghasilan tambahan.

“Kalau uang kos tidak masalah. Tetapi untuk makan sehari-hari saya sering kewalahan. Untung ada tetangga yang baik hati,” kenangnya kepada TribunAmbon.com melalui panggilan telepon, Rabu (5/4/2023).

Jika hari libur tiba, Julkisno menghabiskan waktu menjadi kondektur di mobil milik tetangga indekos yang setaip hari mengangkut pasir dan batu.

Ia menuturkan, sering mengantar maupun menjemput anak tetangga kosnya itu ke sekolah taman kanak-kanak menggunakan sepeda, bahkan disuruh belanja di Pasar Rumah Tiga.

Nasib tak sedap pernah dialaminya sewaktu menyedot (hisap) minyak tanah dari drum ke jerigen memakai selang, sejumlah liter ditelan secara spontan.

“Saya juga jadi kondektur. Sampai selesai, saya diberi uang Rp 20.000. Terus saya manfaatkan untuk makan, begitu seterusnya,” paparnya.

Singkat cerita, Julkisno pindah kosan ke kawasan Wailela, Rumah Tiga tepatnya Lorong Service.

Ada tetangga indekosnya seorang pekerja mercusuar. Rumahnya tidak punya pembantu, ia ambil peluang itu untuk angkat air di bak hingga penuh.

Tidak mengharapkan uang, pekerjaan ini dilakoni semata-mata guna mendapat makan setiap hari dari tetangganya.

“Setelah pindah, kerja tiap hari saya angkat air untuk tetangga kos. Itu saya lakukan sepulang dari sekolah,” bebernya.

Lebih parahnya, jarang makan sepekan penuh pernah dirasakannya karena kiriman dari ayah maupun kakak perempuan terlambat datang, buntutnya ia pingsan di sekolah.

“1995-1996 itu belum ada telepon seluler seperti sekarang. Mau hubungi keluarga sangat susah. Jadi, saya kenyang hanya minum air,” cetusnya.

Naik kelas III, Julkisno pindah indekos. Tepatnya di kawasan SMP Negeri 15 Ambon.

Di sini, ia bertemu beberapa rekannya dari Pulau Seram. Hidup anak kos dan jauh punya risiko dan ujian tersendiri.

Uniknya, pengumuman Calon Bintara (Caba) Polri yang dilaksanakan di SMA Negeri 7 Ambon, mengubah nasibnya.

Pasalnya Julkisno mendaftar menjadi anggota Polri sejak masih tergolong peserta ujian nasional SMA.

Karena tidak memiliki ijazah SMA, Julkisno mendaftar pakai surat keterangan dari Kepala Sekolah.

“Kebetulan pihak Polda Maluku ke sekolah sampaikan pengumuman seleksi Caba Polri. Meski belum punya ijazah, diberi keringanan mendaftar pakai surat keterangan dari Kepala Sekolah,” pungkasnya.

“Sebenarnya saya tidak minat. Maunya sih daftar TNI. Soalnya, seringkali orang kampung ikut tes tapi tidak lulus. Kebanyakan lulus di tentara,” sambungnya.

Namun, dorongan dan saran diberikan kakaknya agar ikut tes polisi.

Akhirnya Julkisno mendaftar dan ikut seleksi anggota Polri.

Planning B telah disiapkan apabila tidak lulus, tetapi keburuntungan berpihak kepadanya, sekali daftar langsung lulus

“Saat daftar, orang kampung tidak tahu. Setiap pergi tes selalu memakai seragam SMA, jadi orang tahu mau ke sekolah. Tes fisik dua minggu baru ujian nasional,” terangnya.

“Seminggu berikutnya hasil tes pantukhir diumumkan dan alhamdulillah saya lulus,” ungkapnya.

Selama berdinas, ‘Kapolsek Humanis’ itu menjabat di sejumlah posisi penting. Ia pernah menjadi Ajudan Wakil Wali Kota Ambon (2001-2006) dan Pembina Satpol-PP (2007-2013).

Ia mengawali tugas pertama sebagai bintara Polri pada 1998 dan bertugas di Polda Maluku hingga 2000. Setelah itu dipindah ke Polres Ambon.

Ia jadi perwira pertama pada 2015 sebagai KBO Intelkam Polres Ambon 2015 – 2016. Setelah itu karirnya melesat, jadi Kapolsek Teluk Elpaputih 2016-2018.

Selanjutnya Kapolsek Teluk Ambon 2018-2019, Kasubbàg Humas Polresta Ambon 2019-2020, Kapolsek Leihitu 2020-2022, dan terakhir Kapolsek Pulau Haruku 2022-2023.(Tribunnews.com/TribunAmbon/Rahmat Tutupoho)

ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ; 

Baca Selanjutnya: Dijuluki kapolsek humanis ini cerita dan profil iptu julkisno kaisupy

Sumber: Tribun Ambon
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas