Pakai Botol Plastik Bekas, Abdul Latif Pentaskan Wayang Sasak Lombok
Dalang wayang Sasak Abdul Latif Apriaman bereksperimen menggunakan botol bekas sebagai figur wayang dalam pentas di Bale Berayan, Mataram, Lombok, NTB
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, MATARAM – Abdul Latif Apriaman, satu di antara pendiri Sekolah Pedalangan Wayang Sasak (SPWS) memanfaatkan botol bekas dalam pentas wayang Sasak.
Menurut Abdul Latif, ide penggunaan botol bekas sebagai wayang karena saat itu harga kulit untuk membuat wayang mahal.
Di sisi lain, dia melihat banyak sampah botol plastik tidak dimanfaatkan dengan baik. Sehingga mereka mencoba membuat terobosan baru.
"Kalau pakai kulit harganya mahal, sekitar Rp500 ribu, di tempatkan kita juga banyak sampah plastik," kata Abdul Latif, yang ditemui di Bale Berayan Mataram, Kamis (6/4/2023).
Dosen UIN Mataram ini menjelaskan, dahulu wayang dibuat dengan cara botol plastik dibelah dijadikan lempengan kemudian dibuat menjadi wayang.
Namun cara ini dinilai tetap menghasilkan sampah sisa potongan plastik, sehingga wayang dibuat tanpa perlu merusak botol.
Tubuh wayang botol selain dibuat pertunjukan, bisa juga dimanfaatkan sebagai tempat menaruh sampah plastik kecil seperti bungkus permen.
Wayang botol ini juga sebagai bentuk gerakan peduli sampah.
Gerakan ini ditujukan kepada anak-anak, untuk memberikan kesadaran menjaga lingkungan.
"Persoalan paling mendasar ada pada kesadaran masyarakat, mau keluar biaya sebesar apapun akan sia-sia," kata Latif.
Sekolah Pendalangan Wayang Sasak didirikan tahun 2015. Sekolah ini diperakarsai Fitri Rachmawati bersama beberapa wartawan dan aktivis sastra.
Sementara pemanfaatan botol plastik sebagai wayang dimulai tahun 2018.
Sekolah ini juga ditujukan untuk mengajarkan anak-anak agar suka dengan wayang.
Selain itu, Abdul Latif menjelaskan, alasan berdirinya sekolah dalang, salah satunya karena ingin melestarikan tradisi pewayangan Sasak.