Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kolam Tumatenden Airmadidi Sulut dan Legenda Pemandian Sembilan Bidadari

Pemandian Tumatenden Airmadidi Minahasa Utara Sulawesi Utara memiliki 9 pancuran, yang legendanya dipakai mandi 9 bidadari.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Kolam Tumatenden Airmadidi Sulut dan Legenda Pemandian Sembilan Bidadari
TRIBUN MANADO/RISKY SUMARAUW
Pemandian Tumatenden di Airmadidi, Minahasa Utara, Sulawesi Utara ini legendanya pernah digunakan mandi 9 bidadari. Seorang pemuda setempat lalu mengambil satu selendang memaksa seorang bidadari tak bisa kembali ke kayangan. 

TRIBUNNEWS.COM, AIR MADIDI -  Kolam pemandian Tumatenden terletak di Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.

Spotnya hanya berjarak kurang lebih 11 kilometer dari Bandara Internasional Sam Ratulangi, Manado. Kolam Tumatenden ini memiliki keunikan.

Kolam permandian dengan sembilan pancuran ini memiliki cerita rakyat yang melegenda di masyarakat setempat.

Cerita rakyat itu adalah kisah cinta seorang pemuda bernama  Mamanua dan bidadari dari kayangan bernama Lumalundung.

Dikisahkan tempat ini menjadi kolam permandian sembilan bidadari dari kayangan.

Suatu ketika Mamanua mencoba mengintip di Kolam Tumatenden. Ia melihat sembilan gadis yang sedang mandi di situ.

Dari balik semak, Mamanua pun mengambil satu dari antara sembilan selendang milik bidadari tersebut.

BERITA TERKAIT

Ketika para bidadari itu hendak kembali ke Kayangan, salah satu bidadari bernama Lumalundung tidak bisa terbang karena tidak memiliki selendang dikarenakan diambil oleh Mamanua.

Ia pun tinggal di desa itu dan menjadi istri dari Mamanua hingga melahirkan seorang anak.

Sang anak itu kemudian dinamai Walansendow.

Kisah rumah tangga mereka berjalan dengan rukun. hingga Lumalundung menemukan kembali selendang terbangnya.

Dengan terpaksa dan berat hati, sang bidadari itu pun meninggalkan anaknya dan sang suami  untuk kembali ke kayangan. Seperti itulah kisahnya.

Sembilan Pancuran di Kolam Tumatenden Airmadidi Minahasa Utara
Ada sembilan pancuran di kolam pemandian Tumatenden di Airmadidi, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Legenda turun temurun mirip cerita Jaka Tarub di Jawa berkembang dan dipercaya masyarakat setempat.

Cerita Mirip Kisah Jaka Tarub

Kisah di Tumatenden Air Madidi ini mirip dengan cerita rakyat di Jawa yang popular, yaitu tentang Jaka Tarub yang tertulis di Babad Tanah Jawi.

Kisah ini berputar pada kehidupan tokoh utama yang bernama Jaka Tarub atau pemuda dari Tarub yang setelah dewasa digelari Ki Ageng Tarub.

Ki Ageng Tarub pada akhirnya dalam alur sejarah tutur Babad Tanah Jawi, dianggap leluhur dinasti Mataram, dinasti yang menguasai politik tanah Jawa.

Kisah Jaka Tarub konon berlatar lokasi di Desa Widodaren, Gerih, Ngawi, Jawa Timur. Ada jejak petilasan makam Jaka Tarub di desa tersebut.

Rata-rata masyarakat setempat yang sudah lanjut usia tahu jalan cerita Jaka Tarub dengan 7 bidadari. Nama desa Widodaren itu dipercaya masyarakat setempat berasal dari kata widodari yang dalam bahasa Indonesia berarti bidadari.

Di desa ini juga terdapat sendang (mata air) yang konon dulu adalah tempat para bidadari mandi dan Jaka Tarub mengambil selendang salah satu bidadari.

Ketika para bidadari selesai mandi, mereka berdandan dan siap kembali ke kahyangan. Salah seorang bidadari, karena tidak menemukan selendangnya, tidak mampu kembali dan akhirnya ditinggal pergi.

Jaka Tarub lalu muncul dan berpura-pura menolong. Bidadari yang bernama Nawangwulan itu bersedia ikut pulang ke rumah Jaka Tarub karena hari sudah senja.

Singkat cerita, keduanya lalu menikah. Dari pernikahan ini lahirlah seorang putri yang dinamai Nawangsih.

Sebelum menikah, Nawangwulan mengingatkan pada Jaka Tarub agar jangan pernah menanyakan rahasia kebiasaan dirinya kelak setelah menjadi isteri.

Cerita berlanjut hingga Ki Jaka Tarub bertemu utusan dan anak Brawijaya, bernama Bondan Kejawan alias Lembu Peteng alias Ki Getas Pendawa.

Tokoh inilah yang kelak menurunkan putra bergelar Ki Ageng Sela, yang merupakan kakek buyut Panembahan Senapati, pendiri Kesultanan Mataram.(Tribunnews.com/TribunManado/Risky Sumarauw/Setya Krisna Sumarga)

ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ; 

Baca Selanjutnya: Potret wisata di sulawesi utara legenda di balik kolam tumatenden

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas