Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jejak Migrasi Manusia Prasejarah di Tepi Danau Lut Tawar Aceh Tengah

Jejak migrasi dan kehidupan prasejarah ditemukan di gua-gua tepi Danau Lut Tawar Aceh Tengah Provinsi Nangroe Aceh Darusallam.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Jejak Migrasi Manusia Prasejarah di Tepi Danau Lut Tawar Aceh Tengah
TRIBUN GAYO
Situs prasejarah Gua Mendale atau Loyang Mendale di tepi Danau Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nangroe Aceh Darusallam. Di situs ini pernah ditemukan jejak manusia prasejarah dan kehidupannya di gua-gua. 

TRIBUNNEWS.COM, TAKENGON – Jejak persebaran dan kehidupan manusia prasejarah secara jelas ditemukan dis ekitar Danau Lut Tawar. Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nangore Aceh Darusallam.

Penelitian geoarkeologis dan antropologis selama bertahun-tahun dilakukan Balai Arkeologi Sumatera Utara.

Hasilnya memang menakjubkan. Jejak usia manusia purba yang ditemukan dianggap lebih tua dari temuan di Sulawesi yang dianggap jalur migrasi prasejarah.

Dengan temuan ini, melengkapi Danau Lut Tawar Aceh Tengah tak hanya memiliki potensi destinasi wisata alam dan kuliner, melainkan juga memiliki potensi wisata prasejarah.

Jejak kehidupan Gayo Prasejarah diperoleh dari penelitian dan penggalian arkeologi di beberapa goa atau loyang yang berada di tepi Danau Lut Tawar.

Loyang-loyang yang diteliti itu adalah Loyang Mendale, Loyang Ujung Karang, Loyang Pukes dan lain-lain.

Semuanya berada persis di bibir danau kebanggaan masyarakat Gayo tersebut.

Berita Rekomendasi

Jejak Gayo Prasejarah diungkap oleh serangkaian penelitian mendalam selama 10 tahun lebih oleh Tim Peneliti dari Balai Arkeologi Sumatera Utara, pimpinan Dr Ketut Wiradnyana MSi.

Berkat penelitian inilah, misteri tentang asal muasal Gayo mulai terpecahkan secara ilmiah, sejak 8400 tahun sebelum Masehi.

Sebuah temuan yang tidak saja penting bagi orang Gayo, melainkan juga secara nasional, sebab konon, temuan Mendale telah mengubah pandangan atau terori penyebaran manusia berbudaya Austronesia di Nusantara.

Para ahli sebelumnya meyakini bahwa migrasi manusia kawasan Nusantara berasal China bagian selatan,

Lalu menyebar ke Taiwan, terus ke selatan, sampai di Filipina, ke Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan Sumatera,  (teori: Out of Taiwan dipopulerkan  arkeolog Peter Stafford Bellwood).

Tapi hasil analisa  karbon dari benda-benda prasejarah di Ceruk Mendale yang berusia 4400 tahun, 4909 tahun dan 5040 tahun, ternyata lebih tua dari yang ditemukan di Sulawesi rata-rata 3500.

Ini menunjukkan budaya Austronesia di Gayo  sudah lebih tua dari Sulawesi dan  sama tuanya dengan Taiwan.

Ketua Tim Peneliti Arkeologi Ceruk Mendale yang juga Kepala Balai Arkeologi Sumatera Utara Dr Ketut Wiradnya MSi, ketika itu menyebutkan ada teori baru, disebut Teori Sebar Segi Tiga dari Oppenheimer.

Teorinya menyebutkan cikal bakal bangsa Austronesia di Asia Tenggara berasal dari segitiga dimana bagian atas Taiwan,  lalu Sumatera dan  NTT di dua  bagian sisi bawah.

Teori Ini memang belum populer karena penelitian masih terbatas.

“Tapi indikasinya, temuan tembikar hitam di Ceruk Mendale lebih tua dari di Taiwan. Apakah teori ini mendukung teori Sebar Segi Tiga Oppen Himer mengenai manusia Austronesia, menurut saya iya,” demikian Ketut Wiradnyana dalam diskusi virtual Musara Gayo.

Selama ini jejak asal usul Gayo  terbungkus misteri. Buku-buku yang mengulas tentang Gayo tidak berhasil memperlihatkan jejak yang lebih pasti, sumber-sumber mengenai Gayo banyak berasal dari “kekeberen" atau prosa Gayo.

Tapi dengan adanya penelitian arkeologi di Ceruk Mendale dan sejumlah loyang lainnya, membawa perubahan besar terhadap penelusuran jejak muasal Gayo;

Bahwa temuan arekologi  di Ceruk Mendale, Ceruk Ujung Karang, Loyang Pukes dan Loyang Muslim  menegaskan asal usul orang Gayo.

Bahwa temuan arkeologi Ceruk Mendale,  Ujung Karang, Loyang Pukes dan Loyang Muslim  juga mengungkap jejak motif motif hiasan Gayo yang sekarang disebut Kerawang Gayo.

Motif-motif tersebut terdapat pada gerabah, anting, yang sudah berusia 4400 tahun sampai periode awal masehi;

Bahwa temuan arkeologi tersebut perlu disosialisasikan mengisi ruang-ruang edukasi baik melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal.

Jalur formal  melalui bahan aja  dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.(Tribunnews.com/Tribun Gayo/Fikar W Eda)

ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ;

Baca Selanjutnya: Misteri asal usul gayo di tepi danau lut tawar

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas