Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mama Emiliana Kopa Satu-satunya Guide Turis Asing di Kampung Adat Bena Ngada

Emiliana Kopa (53) merupakan pemandu di Kampung Adat Bena, Aimere, Kabupate Ngada, NTT. Ia satu-satunya yang fasih memandu turis asing.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Mama Emiliana Kopa Satu-satunya Guide Turis Asing di Kampung Adat Bena Ngada
TRIBUN FLORES/MARKUS GOTI
Seorang anak difoto di antara rumah-rumah panggung di Kampung Adat Bena, Aimere, Kabupaten Ngada, NTT. 

TRIBUNNEWS.COM, BAJAWA - Mama Emiliana Kopa sudah sangat dikenal di Kampung Adat Bena, Aimere, Kabupaten Ngada , Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sebab, dialah satu-satunya pemandu lokal untuk wisatawan mancanegara destinasi kultural di Kepulauan Flores ini.

Mama Emiliana Kopa kini berusia 53 tahun, dan sudah kurang lebih sepuluh tahun menjadi pemandu lokal Kampung Adat Bena.

Belakangan ini, dia merasa cemas, lantaran belum ada generasi muda yang benar-benar konsen menjadi pemandu lokal Kampung Adat Bena.

Dia menginginkan, ada lebih dari satu pemandu lokal agar wisatawan bisa mendapatkan pengalaman yang lebih beragam.

Katanya, wisata bukan pertama-tama soal lahan bisnis, tapi juga soal keberlanjutan dan kualitas pengalaman berwisata yang didapatkan wisatawan.

Menurut Mama Emiliana, wisatan dari luar NTT dan mancanegara, biasanya datang bukan hanya sekedar berbelanja, menikmati keindahan atau berfoto ria.

Berita Rekomendasi

Dia mengatakan, wisatan luar NTT dan mancanegara terutama juga ingin mendapatkan banyak informasi, pengetahuan dan pengalaman berwisata, bahkan tentang hal-hal yang sederhana.

Oleh karena itu problem soal minimnya guide lokal termasuk didalamnya adalah kemampuan menarasikan hal-hal ingin diketahui atau yang perlu diketahui wisatawan nusantara maupun mancanegara.

"Contoh tadi, ada wisatawan mancanegara yang tanya saya, kenapa gigi saya ini merah," ujarnya.

Menurut Mama Emiliana jika hanya dijelaskan bahwa giginya merah karena makan sirih, itu hal biasa.

Tetapi apabila dijelaskan dengan baik, mengapa makan sirih, kenapa kebanyakan orang di Kampung Bena makan sirih, bagaimana sirih itu dimakan dan sebagainya, maka terjadi transfer pengetahuan dan pengalaman yang berkesan bagi wisatawan.

Perjuangan Mama Emiliana Kopa mengasah diri menjadi pemandu tidaklah mudah, apalagi mengingat pendidikannya terhenti di bangku Sekolah Dasar (SD).

"Saya belajar otodidak. Andalkan mendengar percakapan orang dengan turis, yang waktu itu turis ke sini masih dipandu oleh guide dari luar," kata Mama Emiliana di Kampung Adat Bena, Sabtu 1 Juli 2023.

Mengapa Tergerak Menjadi Guide

Sebelum sistem transaksi melalui tiket diterapkan seperti saat ini, pengelola Kampung Adat Bena mengunakan kotak donasi. Mama Emiliana Kopa sendiri pernah menjadi petugas penjaga kotak donasi.

"Waktu itu belum ada guide lokal. Guidenya dari luar. Yang ada itu yah hanya penjaga kotak donasi," ujarnya.

Mama Emiliana Kopa melihat para wisatawan khususnya mancanegara, biasanya memberikan uang kepada guide untuk dimasukan ke dalam kotak donasi.

Namun, ada guide yang menukarkan uang ke kios dan menaruh uang dengan nilai yang lebih kecil ke dalam kotak donasi.

"Misalnya dikasi seratus ribu (oleh wisatawan), itu mereka (guide) kemudian omong dalam Bahasa Inggris lalu pergi tukar uang, yang dimasukan (ke dalam kotak amal) misalnya hanya lima ribu," ujar Mama Emiliana.

Keprihatinan ini pun akhirnya dibahas dalam pertemuan Tim Pengurus Pengelola Kampung Adat Bena, sehingga kemudian diputuskan transaksi menggunakan tiket masuk.

Dari situ mulailah muncul beragam terobosan, misalnya sewa pakai pakaian adat, wisatawan bisa menginap dengan biaya paket harga yang sudah disiapkan.

Ditambah dukungan dari banyak pihak, produk-produk tenun berkembang.

Keprihatinan di atas jugalah yang kemudian membuat Mama Emiliana bertekad menjadi pemandu lokal dengan belajar secara otodidak dan kemudian didukung dengan kelas Bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh sebuah LSM bernama Swiss Contact pada 2011 lalu.

"Saya ikut kelas Bahasa Inggris waktu itu umur saya 40 tahun, total ada 52 orang yang ikut. Ada yang lebih muda dari saya dan lebih tua," kata Mama Emiliana.

Dia mengatakan dari 52 orang, yang menyelesaikan kelas Bahasa Inggris hanya dua orang termasuk dirinya.

Namun yang konsen menjadi pemandu lokal hingga mengantongi sertifikat hanya Mama Emiliana.

Emanuel Soba, Ketua Pengelola Kampung Adat Bena sangat merindukan lahirnya pemandu guide dari kalangan generasi muda Kampung Adat Bena.

"Belum ada anak - anak muda yang jadi guide lokal Kampung Adat Bena," kata Eman.

Warga Kampung Bena termasuk segenap tim pengelola, menginginkan yang menjadi guide warga asli Kampung Bena.

Bukan tanpa alasan, hal ini katanya, juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

"Bukan kami tidak percaya quide dari luar. Tapi kami ingin dari sini. Jangan sampai salah menjelaskan kepada wisatawan," kata Emanuel.

Suasana di Kampung Adat Bena, Aimere, Ngada
Suasana di satu sudut Kampung Adat Bena di Aimere, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.

Secara emosional, nilai, tata krama, menurut Emanuel, lebih tepat jika guidenya dari Kampung Adat Bena sendiri.

Selain itu, narasi - narasi yang disajikan guide baik kepada wisatawan asing maupun domestik harus benar sesuai dan berkualitas sehingga wisatawan juga benar - benar mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru.

Emanuel menambahkan, jumlah kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara ke Kampung Adat Bena perlahan mulai meningkat pasca pandemi Covid 19.

"Kami tentu berharap kondisi terus membaik seperti sebelum ada pandemi Covid 19. Dulu sebelum Covid, dalam setahun wisatawan yang datang bisa sampai empat puluh ribu orang," ujarnya.

Saat Covid mulai melanda terutama pada 2020 - 2021, jumlah wisatawan menurun drastis bahkan tidak ada.

Dengan beragam upaya promosi yang dilakukan oleh pemerintah serta berbagai pihak lainnya, tahun 2022 hingga 2023 jumlah kunjungan wisatawan perlahan membaik.

Hal ini juga berdampak pada ekonomi masyarakat, khususnya kaum perempuan dan ibu yang sehari - hari menenun, menopang perekonomian keluarga dengan menjual produk-produk tenun dan kerajinan lainnya.

Apul Janji Promosi

Sementara itu, Daulat Apul Gervasius Naibaho, Kepala Pelni Cabang Maumere tergerak untuk mempromosikan Kampung Adat Bena, di Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Hal itu ia ungkapkan setelah dirinya melihat dan merasakan sendiri bagaimana keindahan alam, budaya, seni dan keramahtamahan warga Kampung Adat Bena.

"Puas deh! Gak (tidak) sia - sia kami datang naik motor delapan jam perjalanan (dari Maumere Kabupaten Sikka), kena-kena hujan. Gak sia-sia kami datang ke Kampung Adat Bena ini," ujar Apul.

Apul mengatakan, dirinya sudah lama mendengar tentang Kampung Adat Bena, namun baru kali ini dia berkesempatan untuk berwisata ke Kampung Adat Bena, di sela-sela tugas dinasnya di Kabupaten Ngada.

Memiliki jaringan yang cukup luas, baik keluarga, sahabat kenalan dan mitra kerja, Aful tergerak untuk mempromosikan Kampung Adat Bena.

"Untuk pariwisata khususnya ke daerah Bajawa ini, ke Kampung Adat Bena ini, pasti akan saya promosikan," ungkap pria asal Sulawesi ini.

Menurut Apul perjalanan dari Kota Bajawa menuju kampung Adat Bena sangat menyenangkan, meski ada beberapa titik jalan yang rusak.

Tiba di Kampung Adat Bena, Aful kagum dengan tatanan bebatuan di tengah kampung.

"Luar biasa yah nenek moyang kita bisa membangun seperti ini. Kita sekarang ini kalau disuruh seperti ini pasti tidak mampu. Luar biasa yah," ungkapnya.

Apul mengunjungi hampir semua Rumah Adat di Kampung Adat Bena hingga ke ujung kampung yang ada Gua Bunda Maria.

Dia juga membeli sehelai selendang berwarna hitam dengan warga motif kuning hasil tenun warga Kampung Adat Bena.

Jumlah Wisatawan Meningkat

Emanuel Soba, Ketua Pengelola Kampung Adat Bena, mengatakan jumlah kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara ke Kampung Adat Bena perlahan mulai meningkat pasca pandemi Covid 19.

"Kami tentu berharap kondisi terus membaik seperti sebelum ada pandemi Covid 19. Dulu sebelum Covid, dalam setahun wisatawan yang datang bisa sampai empat puluh ribu orang," ujarnya.

Saat Covid mulai melanda terutama pada 2020 - 2021, jumlah wisatawan menurun drastis bahkan tidak ada.

Dengan beragam upaya promosi yang dilakukan oleh pemerintah serta berbagai pihak lainnya, tahun 2022 hingga 2023 jumlah kunjungan wisatawan perlahan membaik.

Hal ini juga berdampak pada ekonomi masyarakat, khususnya kaum perempuan dan ibu yang sehari-hari menenun, menopang perekonomian keluarga dengan menjual produk-produk tenun dan kerajinan lainnya.(Tribunnews.com/TribunFlores/Laus Markus Goti)

ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ; 

Baca Selanjutnya: Emiliana cemas belum ada penerus pemandu lokal untuk wisatawan mancanegara di kampung adat bena

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas