Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

10 Peti Jenazah Menunggu Dubes

Kini, hanya tertinggal 10 peti jenazah yang masih akan disemayamkan sementara. Peti-peti itu berisi jenazah Warga Negara Asing

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in 10 Peti Jenazah Menunggu Dubes
TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA
Keluarga korban pesawat Sukhoi SJ 100, mendatangi RS Polri, Jakarta, untuk dapat melihat langsung jenazah keluarganya sebelum ditutup dalam peti mati, Selasa (22/5/2012). Pesawat Sukhoi SJ 100 jatuh di Gunung Salak Rabu 9 Mei lalu, setelah melakukan Joy Flight, dan memakan korban meninggal sebanyak 45 orang. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA) 

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Peti-peti jenazah warga negara Indonesia yang menjadi korban jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 satu persatu dibawa keluarga meninggalkan Bandara Halim Perdana Kusuma.

Kini, hanya tertinggal 10 peti jenazah yang masih akan disemayamkan sementara. Peti-peti itu berisi jenazah Warga Negara Asing (WNA) yang turut menjadi korban musibah Sukhoi Super Jet 100.

"Sepuluh peti jenazah yang akan kami semayamkan di sini," kata konsultan bisnis PT Trimarga Rekatama, Soenaryo di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Selasa (23/5/2012).

Soenaryo mengatakan pihaknya masih menunggu Kedutaan Besar Rusia, Perancis dan Amerika Serikat untuk pengembalian jenazah kepada keluarga. "Saya izin untuk malam ini," ujar Soenaryo.

Sementara itu Badan SAR Nasional (Basarnas) telah mengumpulkan serpihan pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di lereng Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Serpihan itu akan digunakan untuk penyelidikan kasus tersebut.

Humas SAR, Gagah Prakoso mengatakan kemungkinan besar serpihan pesawat itu tidak akan dibawa Rusia. Walaupun pihak Rusia menurunkan tim ke Gunung Salak untuk membantu evakuasi.

"Saya rasa tidak mungkin. Karena peralatan yang mereka bawa tidak mumpuni," kata Gagah ketika ditemui di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Rabu (23/5/2012).

Berita Rekomendasi

Menurut Gagah kedatangan tim Rusia ke Gunung Salak memiliki kepentingan bermacam-macam. Pasalnya, perusahaan Sukhoi yang biasa memproduksi pesawat militer kini juga membuat pesawat komersil.

Sementara untuk pencarian FDR (Flight Data Recording) tetap dilanjutkan hingga kini di sekitar lokasi kejadian. "Sampai sekarang masih dicari. Dengan menggunakan teknologi, seperti metal detector," kata Gagah.

Baca juga:


Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas