Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tidak Suka Aturan Ganjil-Genap? Tips Ini Mungkin Membantu Anda!

Kisah perjuangan, jatuh bangun, Ibu Djoko, panggilan akrab sang pendiri Blue Bird Group

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-in Tidak Suka Aturan Ganjil-Genap? Tips Ini Mungkin Membantu Anda!
BLUE BIRD
Bedah Buku Sang Burung Biru & Diskusi Publik, Menyiasati Ganjil – Genap di DKI Jakarta, yang berlangsung di toko buku Kinokuniya, Senayan Jakarta, Rabu (13/3/2013). 

TRIBUNNEWS.COM - Kisah perjuangan, jatuh bangun, Ibu Djoko, panggilan akrab sang pendiri Blue Bird Group, Ibu Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono SH, dalam mengembangkan bisnis jasa transportasi, kini diabadikan dalam bentuk buku yang diterbitkan oleh Gramedia, berjudul ‘Sang Burung Biru’.

Dalam buku tersebut berisi nasihat-nasihat mengenai perjalanan hidup yang penuh dengan kompetisi, serta bagaimana keluar dari kesulitan-kesulitan yang menghadang. Acara berlangsung di toko buku Kinokuniya, Senayan Jakarta, Rabu (13/3/2013). Demikian keterangan pers yang diterima Tribunnews.com, Jumat (15/3/2013).

Hadir pada kesempatan tersebut Billy Boen, Entrepreneur dan Founder Young On Top, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, Darmaningtyas, Ketua Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia, serta Milatia Kusuma, Project Director Safety Campaign Masyarakat Transportasi Indonesia.

Menurut Billy Boen, Entrepreneur dan Founder Young On Top, dalam ulasannya, buku ini wajib dibaca generasi muda, untuk memotivasi agar tidak mudah menyerah. “Banyak pelajaran hidup yang diulas di sini, bagaimana Ibu Djoko, sang pendiri Blue Bird Group, mengatasi masalah-masalah yang dihadpi pada saat itu. Filosifi yang terkandung di buku tersebut, misalnya kejujuran, masih relevan dengan jaman sekarang,”terang Billy.

Sementara itu,  Milatia Kusuma, Project Director Safety Campaign Masyarakat Transportasi Indonesia, yang pada acara tersebut bertindak sebagai moderator menilai, banyak kalangan menilai kalau Blue Bird berhasil membongkar pandangan kalau transportasi di Indonesia  hanya digarap asal-asalan. Padahal, transportasi di Indonesia bisa menjadi salah satu fokus mementingkan kepuasaan konsumen.

Sejalan dengan itu, terkait dengan masalah pengelolaan transportasi di Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi di Indonesia, telah memikul beban yang sangat berat, tidak hanya dari sisi demografi, namun juga dari sisi transportasi dan pelayanan publik yang semakin memprihatinkan. Untuk menangani hal tersebut Pemerintah DKI akan menerapkan kebijakan Ganjil – Genap di beberapa ruas jalan, sejauh mana kesiapan Pemerintah dalam implementasi kebijakan ini?

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, kebijakan Ganjil Genap untuk kendaraan pribadi menurutnya adalah cara yang paling masuk akal diterapkan. Soalnya ini salah satu cara paing murah, disbanding dengan membangun atau menambah ruas jalan. “Sementara kita memperbaiki sarana angkutan umum missal, ini adalah cara paling tepat dan sudah dilakukan di kota-kota ain di dunia. Jika tidak, maka kita akan stag bersama-sama. Oleh karena itu perlu tindakan dan kesadaran bersama-sama pula," jelasnya.

Berita Rekomendasi

Lalu, bagaimana caranya kalau tidak mau mengikuti regulasi ini? Menurut Udar Pristono, pertama, mengubah pola perjalanan. Melalui jalan di luar jalan yan diberlakukan atau mengubah waktu perjalanan," jelas Pristono.

Kedua, dengan naik angkutan kota. Ketiga, dengan cara park and ride, parkir di daerah asal dan menggunakan kendaraan publik di luar kota.

"Kemudian mau car pooling, kalo sharing kendaraan yang berdekatan rumahnya. Sehingga ada efektivitas kendaraan. Di situ kendaraan akan berkurang. Atau naik taksi bersama teman-teman," papar Pristono.

Kebijakan pelat ganjil-genap ini hanya diberlakukan pada hari kerja Senin-Jumat pada pukul 06.00 WIB - 20.00 WIB. Pengecualian diberlakukan pada Sabtu-Minggu dan hari libur serta angkutan umum.

Untuk tahap pertama, kebijakan akan diberlakukan di kawasan '3 in 1' yakni Jalan Jenderal Sudirman, Jalan MH Thamrin dan Jalan HR Rasuna Said, Kuningan dengan melebarkan ke kawasan Tegal Parang.

Untuk tahap kedua, yaitu kawasan Jakarta Timur hingga Jakarta Barat. Dan tahap ketiga yakni jalan lingkar dalam Jakarta.

"Kalau mau menghindari, nggak usah masuk jalannya. Di luar jalur yang memberlakukan ganjil-genap atau di luar waktu yang diberlakukan. Karena di jalan-jalan dan waktu tempat diberlakukan, saat itu kita harus atur dan masyarakat harus mengikuti aturan itu," tegas Pristono.

 Senada dengan Kadishub Pristono, Darmaningtyas, Ketua Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia, MTI mendukung penuh pelaksanaan kebijakan ganjil genap ini.“Suatu kebijakan tidak hanya dapat dijalankan oleh pemerintah, tetapi juga harus mendapat dukungan dari masyarakat.  Jka warga Jakarta mau berkorban untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi masing-masing, maka kebijakan itu dapat membantu mengatasi kemacetan. Kalau tidak mau, ya jangan mengeluh kemacetan," ujarnya.


METROPOLITAN POPULER

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas