Sebelum Tewas, Widia Astuti 4 Kali Berganti Klinik dan Rumah Sakit
Widia Astuti, bocah perempuan 5 tahun yang tewas mengenaskan setelah mengalami pendarahan hebat di telinga dan mulutnya
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Warta Kota, Budi Sam Law Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Widia Astuti, bocah perempuan 5 tahun yang tewas mengenaskan setelah mengalami pendarahan hebat di telinga dan mulutnya akibat dianiaya ibu tirinya sendiri, Santi (29) alias Novi, sempat berpindah ke 4 klinik dan rumah sakit sebelum akhirnya meninggal dunia saat akan menuju ke rumah sakit ke 5.
Kakek korban, Jayadi (56) menjelaskan ketika mendengar kabar dari anaknya Supriyadi (28) kalau cucunya dalam kondisi mengenaskan secepat kilat ia bersama istrinya Muhaeni (49) mendatangi kontrakan anaknya Kampung Jatijajar RT03/9, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Senin (6/5/2013) sore.
Jayadi lalu membawa Widia ke klinik 24 Jam Medika di depan Vila Pertiwi di Jalan Raya Bogor, Cibinong. Di sana luka memar Widiastuti hanya dibersihkan.
Karena ketiadaan alat, dokter menyarankan agar Widiastuti dirawat di rumah sakit lain. Jayadi lalu membawa Widiastuti ke Klinik Medika Cilodong, Bogor. "Di klinik ini, lagi-lagi peralatannya gak memadai," kata Jayadi di RS Polri Sukanto, Kramatjati, Jakarta Timur, Selasa (7/5/2013)
Dari sana, dengan kendaraan roda empat, Jayadi membawa Widiastuti ke RSUD Cikaret, Cibinong, Bogor. Di sini, Widiastuti sempat diberi obat dan penanganan dokter. "Namun pihak rumah sakit juga bilang kondisi cucu saya sudah agak parah dan harus dirujuk di tempat lain karena fasilitas di sana gak ada," kata Jayadi.
Ia pun membawa Widiastuti ke Rumah Sakit Dhuafa di Parung, Bogor. "Di situ pun sama. Scanningnya gak ada, katanya adanya di Jakarta atau Bogor. Saya lalu bawa lagi ke rumah sakit lain," kata Jayadi.
Jayadi pun belum menyerah. Ia hendak membawa Widiastuti ke RS RS Karya Bhakti, di Bogor. "Namun sekitar 10 menit lagi sampai rumah sakit, cucu saya meninggal," kata Jayadi.
Menurut Jayadi, Widiastuti meninggal di dalam pangkuan dan pelukannya. "Dalam pangkuan saya, tiba-tiba cucu saya jatuh lemas. Saat itulah dia meninggal dunia," kata Jayadi.
Selama membawa sang cucu ke sejumlah klinik dan rumah sakit, kata Jayadi, pendarahan di telinga dan mulut cucunya terus terjadi. "Darahnya netes terus. Masih nempel di kain yang dibawa istri saya," kata Jayadi sambil menunjukkan kain istrinya.