Mayoritas Penolak Lurah Susan Ternyata Bukan Warga Lenteng Agung
Peserta unjuk rasa yang menentang Lurah Susan, ternyata mayoritas adalah warga kelurahan lain.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peserta aksi unjuk rasa yang menentang Susan Jasmine Zulkifli menjadi Lurah Lenteng Agung, ternyata mayoritas adalah warga kelurahan lain.
Hal itu, diungkapkan Elza Peldi Taher selaku Ketua The Ciputat School dari Yayasan Denny JA. Menurutnya, penduduk Lenteng Agung seluruhnya berjumlah sekitar 56.000 jiwa.
Elza menyebutkan, unjuk rasa pertama diikuti sekitar 200 orang. Ia mengatakan, hanya 40 orang yang merupakan warga Lenteng Agung.
"Kalau demo kedua, yang bawa keranda, diikuti 80 orang dan penduduk setempatnya hanya 20 orang," kata Elza, di sela-sela acara penyerahan seekor sapi kurban dari Yayasan Denny JA kepada Lurah Susan, Rabu (16/10/2013).
Elza menyimpulkan, mayoritas masyarakat setempat tidak mempermasalahkan penempatan Lurah Susan di Lenteng Agung.
Ia bahkan mencurigai, ada pihak-pihak tertentu yang tidak menginginkan Susan memimpin Lenteng Agung. Namun, mereka melontarkan isu SARA sebagai pembenaran.
"Tapi, saya lihat suara yang menolak makin lama makin berkurang. Saya kira kalau demo tetap berkelanjutan, bukan tidak mungkin pasti ada reaksi balik dari masyarakat setempat," katanya.
Meski begitu, Ketua Tim Aksi Damai Lenteng Agung Naseri Nasrullah, yang selama ini menentang penempatan Lurah Susan, mengklaim bahwa orang-orang yang menolak Susan merupakan warga asli setempat.
"Saya bisa jamin itu yang mendemo warga asli Lenteng Agung. Bukan 100 persen lagi, saya jamin 100.000 persen warga asli," katanya, saat ditemui di rumahnya di Jalan Lontar, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Warga yang menolak Susan itu sudah dua kali berunjuk rasa menentang penempatan Susan sebagai lurah mereka. Mereka menganggap penempatan Susan tidak sesuai dengan keyakinan sebagian besar warga di Lenteng Agung.