Dugaan Kejanggalan di Proses Pengapalan Bus TransJakarta
Bagi praktisi asuransi perkapalan, banyak kejanggalan dalam proses importasi bus-bus TranJakarta
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bagi praktisi asuransi perkapalan, banyak kejanggalan dalam proses importasi bus-bus TranJakarta yang dilakukan PT San Abadi selaku importir pemenang tender pengadaan armada baru bus Transjakarta dari China ke Indonesia.
Praktisi asuransi perkapalan Novy Rahmat Triana mengatakan, kapal pengangkut bus-bus tersebut, sebernarnya sudah siap sejak 20 November 2013, tapi menjadi kejanggalan karena kapal baru berangkat meninggalkan Pelabuhan Shanghai, China, pada 29 Nov 2013.
Dia menyebutkan, lama perjalanan kapal dari Pelabuhan Shanghai ke Tanjung Priok, Jakarta, yang memakan waktu dua minggu masih wajar. Dia membenarkan, kondisi pelayaran bisa mempengaruhi bus-bus yang diangkut.
"Harus dibuktikan, kapan sebenarnya kapal berangkat dari China. Itu bisa dicek dari salinan Port Clearance & Deck Logbook. Dari situ bisa dicek dan dibuktikan bagaimana kondisi pelayaran selama dua minggu itu," ujar Novy dalam obrolan dengan Tribunnews.com, Rabu (12/2/2014).
Novy lalu mempertanyakan, di mana posisi bus-bus tersebut antara tanggal 20 November sampai 29 November 2013.
"Kalau ada keterlambatan luar biasa yang menjadi concern pihak shipper, consignee & carrier, seharusnya pihak carrier menerbitkan Mariner's Note of Protest. Perlu dicek, apakah dokumen itu diterbitkan atau tidak?" ujarnya.
Dia menambahkan, secara teknis kondisi pelayaran memang bisa mempengaruhi barang yang diangkut oleh kapal. Material yang terbuat dari besi bisa berkarat, tapi kata Novy, hal itu terbantahkan oleh pernyaataan pihak importir yang menyatakan bus-bus tersebut sudah diwaxing.
"Dengan lama pelayaran yang hanya dua minggu, apa iya bus-bus yang berada di atas kapal bisa berkarat. Seharusnya kan sudah diperhitungkan lama sea leg-nya. Packaging-nya seharusnya juga sudah disiapkan cukup untuk memberi proteksi selama periode pelayaran tersebut," tegasnya.
Novy menambahkan, jika kondisi cuaca menjadi kambing hitam atau penyebab komponen bus-bus tersebut berkarat dan rusak, dan semua pihak sepakat menerima, dia berpendapat pihak pelayaran punya hak mempertahankan diri.
"Pihak pelayaran punya defence, karena mereka bisa menggunakan immunity yang diberikan dalam kontrak pengangkutan, dengan catatan mereka bisa membuktikan kapalnya seaworthy. Saya pernah menangani pengiriman project cargo di Pelabuhan Gresik untuk barang kiriman dari Shanghai, dengan menggunakan kapal bulk carrier juga. Berdasarkan bill of lading kapal berangkat on or about 9 Juni 2013 dan penugasan tanggal 3 Juli 2013. Artinya sudah hampir sebulan, dan tidak ada insiden apa-apa di laut selama periode sea leg yang lebih lama dari dua minggu. Tidak ada klaim karatan juga meski kargonya steel materials. Cara penempatannya di ruang palka, kurang lebih sama ditutup dengan hatch cover model pontoon," beber Novy Rahmat Triana.
Senin lalu, Direktur PT San Abadi Indra Krisna selaku agen tunggal pemegang merek (APTM) yang mengimpor bus Transjakarta membantah adanya upaya rekondisi bus yang dia datangkan dari China.
Indra mengatakan, pihaknya menyerahkan bus kepada vendor dalam kondisi 100 persen baru. Saat bus akan dikirim juga ada konsultan yang terlibat melakukan pengecekan final.
Berdasar pengamatan, sejumlah kerusakan yang ditemukan di bus-bus Transjakarta di pool Cawang, yang baru didatangkan dari China, antara lain penyejuk ruangan bocor atau tidak berfungsi, fan belt putus, lampu indikator bahan bakar mati, kepala aki berkarat, kabel terkelupas, dan kompresor berjamur. Choirul Arifin/Tribunnews.com