Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Angkot dan Bus di Jakarta yang Tak Berpendingin Udara Lebih Baik Diganti

dengan adanya transportasi publik yang nyaman dengan kondisi bersih dan berpendingin udara, maka penumpang pun akan nyaman

zoom-in Angkot dan Bus di Jakarta yang Tak Berpendingin Udara Lebih Baik Diganti
KOMPAS images/KRISTIANTO PURNOMO
Angkutan umum tidak layak jalan ditahan di Terminal Mobil Barang Pulogebang, Jakarta Timur, Jumat (30/8/2013). Menurut data Dinas Perhubungan, hanya terdapat 1.088 dari total 3.168 angkutan umum di DKI Jakarta yang masih aktif melakukan uji KIR. Dinas Perhubungan DKI Jakarta menahan sebanyak 140 angkutan umum yang tidak layak jalan untuk keselamatan penumpang. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guna mempermudah upaya peralihan penumpang dari kendaraan pribadi ke mode transportasi umum disarankan agar semua angkutan umum di Jakarta diberi fasilitas pendingin udara atau AC.

"Saya berangan-angan agar angkot dan bus yang tidak ber-AC lebih baik diganti saja. Percuma kan jika naik bus Trans Jakarta yang sejuk, tapi ketika naik bus lanjutannya kotor dan tidak ber-AC. Lebih baik ada 100.000 publik transport yang aman nyaman dan ramah lingkungan daripada 1 juta kendaraan pribadi di jalanan Jakarta," ujar Calon Anggota DPD Dapil Jakarta, Rommy dalam pernyataannya, Jumat(7/3/2014).

Menurut Rommy, dengan adanya transportasi publik yang nyaman dengan kondisi bersih dan berpendingin udara, maka penumpang pun akan nyaman. Selain itu, transportasi publik yang menggunakan bahan bakar gas tentunya bisa mengurangi emisi karbon yang biasanya dihasilkan dari kendaraan pribadi yang menggunakan bahan bakar fosil seperti bensin dan solar.

Data tahun 2012 kata Rommy menunjukkan jumlah mobil pribadi di Indonesia mencapai 9,5 juta unit, sepeda motor 77,76 juta unit. Bandingkan dengan bus yang berjumlah hanya 1,95 juta.

"Semua mode kendaraan pribadi ini paling banyak disumbang warga Jakarta. Bisa dibandingkan emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan pribadi dengan kendaraan umum ini. Tidak hanya soal macet, tapi lebih dari itu bahaya polusi akan semakin menghantui kita. Banyak penyakit akan menyebabkan rendahnya kualitas kesehatan warga DKI," ujarnya.

Lebih jauh Rommy menjelaskan, selain menambah armada bus dengan kondisi layak pakai, nyaman dan ramah lingkungan untuk semakin menurunkan motivasi masyarakat berkendaraan pribadi, bisa dilakukan dengan menaikkan tarif pajak kendaraan bermotor, mengurangi subsidi BBM bagi mobil pribadi, menyediakan parkiran di terminal atau shelter bus, dan menciptakan jalur transportasi yang terintegrasi.
"Jalur terintegrasi ini dimaksudkan agar penumpang mendapati kendaraan umum di jalur-jalur utama jalan," katanya.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas