Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

'Kapan Ya Pembangunan Rusun Angke Rampung?'

Sulastri dan penghuni lama rusun ramai-ramai mencari rumah kontrakan sebagai tempat tinggal

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in 'Kapan Ya  Pembangunan Rusun Angke Rampung?'
Warta Kota/Feryanto Hadi
Pembangunan rumah susun sewa (rusunawa) Angke tower A-C 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sudah sejak bulan Juli 2013 Sulastri (50) dan keluarganya pindah ke rumah kontrakan, akibat rumah susun Angke yang dihuninya dibongkar. Tetapi, dalam kepindahannya itu, ia menyimpan kebahagiaan karena ia membawa surat jaminan bakal menghuni unit rusun baru, setelah pembangunan rusun selesai.

Seperti diketahui, groundbreaking pembangunan rumah susun sewa (rusunawa) Angke tower A-C telah dilakukan pada 1 November 2013 lalu. Rusunawa tersebut akan dibangun 16 lantai atau total 549 unit dengan tipe 30 yang menghabiskan anggaran sekitar Rp174 miliar. Sejak itu, Sulastri dan penghuni lama rusun ramai-ramai mencari rumah kontrakan sebagai tempat tinggal.

"Pada nyari yang deket, karena nungguin rusun jadi. Kemarin kata pemborongnya, bulan desember sudah selesai. Mudah-mudahan saja begitu," kata Sulastri ditemui Warta Kota di rumah kontrakannya, di Gang O RT10 RW02 Kelurahan Angke, Selasa (25/3/2014).

Harapan yang begitu besar, membuat para warga rusun tidak sabar ingin menempati rusun baru. Dikatakan Sulastri, warga rusun yang kini tinggal berpencar di beberapa lokasi sekitar rusun telah bersepakat akan melakukan demonstrasi jika pembangunan Rusun Angke molor dari waktu yang telah ditetapkan. "Kita sudah sepakat akan demo jika pada desember nanti rusun belum jadi," ujar Sulastri.

Kegelisahan Sulastri dan para warga rusun bukan tanpa alasan. Biaya hidup yang tinggi ketika mereka tinggal di rumah kontrakan menjadi sebab mereka ingin segera pindah lagi ke rumah susun.

"Jelas banyak perbedaannya (antara tinggal di rusun dan di kontrakkan). Terutama dari segi pengeluaran," kata Sulastri.

Biaya sewa kontrakan yang harus dikeluarkan Sulastri, Rp14 juta per tahun. Jumlah itu belum termasuk dengan pengeluaran lain seperti tagihan listrik Rp300 ribu per bulan dan tagihan air Rp50-100 ribu setiap bulannya.

Berita Rekomendasi

Sedangkan ketika tinggal di rusun, Sulastri hanya mengeluarkan uang maksimal Rp300 ribu per bulan, dengan rincian Rp97 ribu biaya sewa rusun dan sisanya untuk keperluan pembayaran listrik dan air. Perbandingan yang cukup tinggi ini membuat Sulastri tercekik.

Apalagi, suami Sulastri, Asep Saifudin, hanya bekerja sebagai buruh pabrik. Sedangkan Sulastri sendiri bekerja memasang manik-manik di rumahnya.

"Dari segi tempat juga enakan di rusun, lapang. Kalau di kontrakkan sempit. Apalagi saya tinggal bersama suami, anak, menantu dan seorang cucu," kata Sulastri.

Harapan agar proses pembangunan rusun selesai tepat waktu juga diutarakan Feni (43). Bahkan, karena takut rumah susun yang menjadi hak-nya diserobot orang lain, ia rela menyewa sebuah kontrakan di sekitar rusun dengan biaya sewa Rp14 juta per tahun.
"Ya habis mau gimana, mau ngontrak jauh dikit takut nanti nggak tahu kalau rusunnya jadi. Terpaksa ngontrak di sini, meskipun sebenarnya berat," katanya.

Padahal, suami Feni, Rohadi, sejak beberapa bulan lalu sudah tidak lagi bekerja. Feni sendiri hanya bekerja memasang manik-manik dengan penghasilan yang tidak besar. "Daripada nanti tidak ada tempat tinggal, mending nungguin rusun jadi saja. Soalnya tinggal di rusun biayanya lebih murah," ujar Feni. (Feryanto Hadi)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas