Pembangunan Drainase dan Pedestrian di Jalan Margonda Satu Paket
Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya air (Bimasda) Kota Depok, Yulistiani Mochtar mengatakan, pembangunan drainase
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK -- Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya air (Bimasda) Kota Depok, Yulistiani Mochtar mengatakan, pembangunan drainase di Jalan Margonda Raya yang merupakan jantung utama Kota Depok, menjadi satu paket dengan pembangunan trotoar atau pedestrian di jalan sepanjan 5,3 km tersebut.
Menurutnya diupayakan akhir Tahun 2015 mendatang, proyek pembangunan drainase dan pedestrian di Jalan Margonda rampung.
"Targetnya tahun 2015, drainase dan trotoar selesai dikerjakan. Jadi tidak ada lagi genangan di Jalan Margonda, serta sudah tersedia pedestrian bagi pejalan kaki," papar Yulistiani, kepada Warta Kota, Selasa (27/5/2014).
Yulistiani mengakui bahwa sistem drainase di Jalan Margonda Raya yang merupakan jantung utama Kota Depok, saat ini belum memadai.
Sebab, pembangunan drainase yang satu paket dengan trotoar di Jalan Margonda sampai pertengahan 2014 ini belum rampung seluruhnya.
Karenanya saat hujan turun setidaknya ada 3 titik di Jalan Margonda yang tergenang air dan mengakibatkan arus lalu lintas tersendat yakni di depan Terminal Terpadu, di pertigaan Jalan Arif Rahman Hakim dan yang terparah di depan SPBU Pondoj Cina.
"Memang belum memadai, tapi genangan bukan karena drainase yang buruk," kata Yulistiani, Selasa (27/5/2014).
Seperti diketahui pada Kamis (22/5/2014) lalu, saat hujan deras melanda Depok, tiga titik di Jalan Margonda tergenang air.
Genangan air terparah setinggi sekitar 70 cm terjadi Jalan Margonda, di depan SPBU Pondok Cina. Akibatnya arus lalu lintas di Jalan Margonda sempat lumpuh selama 4 jam kala itu. Kemacetan parah pun tak dapat dihindari.
Selain sistem drainase yang tidak memadai, sejumlah warga juga mengeluhkan tidak ramahnya Jalan Margonda Raya bagi pejalan kaki.
Andri (22) mahasiswa Universitas Indonesia, mengeluhkan tidak nyamannya pedestrian di Jalan Margonda bagi pejalan kaki dan penyeberang jalan. Selain kecil dan terlalu mepet dengan bangunan, keberadaan pedestrian juga baru ada di beberapa titik saja.
"Iya bagaimana lagi, trotoar yang ada juga sempit dan hanya ada di beberapa titik saja. Jembatan penyeberangan orang juga belum selesai. Kami terpaksa nyebrang jalan, menghadang mobil dan jalan kaki masuk di jalan. Enggak nyaman dan, kadang takut ketabrak kendaraan. Di beberapa tempat, trotoar yang ada juga malah dipakai pedagang kaki lima," keluh Andri. (Budi Malau)