Suatu Hari Bersama Sopir Truk Sampah Pemkot Bekasi
Asep tidak sendirian di kedai kopi itu. Ada lebih dari lima orang sopir dan kernet truk bercengkerama
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- ASEP baru saja memarkirkan dump truk yang dikemudikannya di area tunggu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumurbatu, Bantargebang, tempat pembuangan sampah milik Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi. Masih ada 4-5 truk sampah yang antre hendak membuang bawaan mereka.
Tak ingin alas kakinya belepotan, Asep turun dan tampak hati-hati memilih tempat pijakan kaki untuk menuju ke kedai kopi pada suatu kesempatan pekan lalu. Saat itu, matahari memang sudah agak condong ke barat, sinarnya terik sekali. Asep tidak sendirian di kedai kopi itu. Ada lebih dari lima orang sopir dan kernet truk bercengkerama. Tak menghiraukan bau sampah, mereka memesan kopi dan 'ngemil' makanan ringan.
"Antre disini mah, dua jam sudah paling lama, sekalian istirahat, panasnya nggak ketulungan," tutur Asep membuka percakapan ketika ditemui Warta Kota.
Asep baru saja menempuh puluhan kilometer, mengemudikan truk sampah milik Dinas Kebersihan Kota Bekasi dengan daya tampung 6-7 ton. Dia menyusuri jalan kota dari wilayah kerjanya di Kecamatan Jatisampurna menuju TPA Bantargebang.
"Start jam setengah enam keluar dari pool di Bojongmenteng, ambil sampah di beberapa perumahan, baru ke sini. Rutenya lewat jalan kota saja, nggak lewat tol," tuturnya.
Dalam sehari, sopir truk yang sudah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejak tahun 2007 itu mengaku bisa mengangkut sampah dari Jatisampurna hingga dua rit. "Kalau dua rit, bisa sampai maghrib saya pulangnya," imbuhnya.
Tak seperti truk pengangkut sampah dari DKI Jakarta, kapasitas truk sampah milik Dinas Kebersihan Kota Bekasi yang dikemudikan Asep dan kawan-kawannya itu memang lebih kecil, sekitar separuhnya. Truk yang mereka kemudikan itu bisa lebih leluasa menyusuri jalanan kota dibanding truk sampah dari DKI Jakarta yang kapasitas angkutnya bisa lebih dari 15 ton.
Se-kecamatan Jatisampurna, kata Asep, ada tujuh armada truk pengangkut sampah yang area kerjanya dibagi sesuai wilayah kelurahan yang ada. "Dari bujangan saya sudah jadi sopir truk sampah. Sopir sampah mah nggak pernah libur, pengen dikomplain warga? Cuti Lebaran paling lama lima hari, itu pun harus gantian," bebernya.
Budi (32), sopir truk sampah lainnya yang juga menunggu muatannya dibongkar mengaku tak selalu bisa 'narik' dua rit. "Ini baru sekali narik, kalau balik lagi nggak kecandak, jalan ke sininya macet. Apalagi semenjak TPA-nya penuh, masih harus ngantri, waktunya tambah lagi," tuturnya.
Berbeda dengan Kecamatan Jatisampurna, di wilayah Kecamatan Bekasi Barat yang menjadi area tanggungjawabnya, ada 11 armada truk sampah milik Dinas Kebersihan Kota Bekasi. "Wilayah saya hanya sebatas Kelurahan Kranji, Bintara, dan Jakasampurna," imbuhnya.
Baik Asep (35), maupun Budi (32) mengaku bersyukur sudah berstatus sebagai PNS. Nominal penghasilan mereka pun sudah di atas UMR Kota Bekasi. "Kerja sih emang nggak bisa libur sembarangan, telat sehari saja sudah teriak, tapi penghasilan kan sudah ada kepastian," kata Budi.
Pantauan Warta Kota, di Zona IV TPA Sumur Batu kondisinya sudah penuh. Meski begitu, Pemkot Bekasi masih memaksakan untuk tetap menimbun sampah di area tersebut sembari menunggu siapnya area perluasan baru seluas 1,6 hektar.
Puluhan pemulung tampak nekat mengais sampah di sela-sela alat berat berjenis back hoe yang mengangkat sampah dari truk di area yang terletak di wilayah Kelurahan Sumurbatu RT3/3, Kecamatan Bantargebang itu. (Ichwan Chasani)