Uang Tukang Kebersihan Ini Hilang Secara Misterius
Terkejutnya wanita asal Jakarta ini bukan karena mendapat hadiah, melainkan upahnya sebagai pekerja harian lepas
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Mata IK (31) tiba-tiba terbelalak di Bank DKI Cabang Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Rabu (18/6/2014) siang. Terkejutnya wanita asal Jakarta ini bukan karena mendapat hadiah, melainkan upahnya sebagai pekerja harian lepas (PHL) Dinas Kebersihan DKI Jakarta selama dua bulan mendadak raib.
Hilangnya upah sebesar Rp 2,4 juta per bulan itu, baru diketahui saat ia menyambangi kantor Bank DKI Cabang Tanjung Priok. Berbekal buku tabungan dan kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM), ia bersama empat rekannya mendatangi bank pelat merah tersebut.
Namun saat rekeningnya diperiksa dan transaksinya diprint out di buku tabungan, diketahui sejumlah uang di rekeningnya telah ditarik seseorang. Padahal selama memegang kartu ATM dan buku tabungan, mereka tidak pernah mengambil uangnya.
Jangankan mengambil uang miliknya, untuk tahu bahwa gajinya telah ditransfer oleh Dinas Kebersihan ke rekeningnya juga tidak. "Saya benar-benar kaget, karena uang di rekening saya sudah ada yang ngambil dan saya tidak tahu siapa yang mengambil uang di rekening itu," ujar IK saat ditemui pada Rabu (18/6) siang.
IK menjelaskan, sejak bulan Januari lalu ia dibuatkan rekening oleh PT TK selaku rekanan Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara. Rekening itu sengaja dibuat sebagai media transfer upah kerjanya sebagai PHL. Namun ketika kartu ATM dan buku tabungannya selesai dibuat dan dibungkus di sebuah amplop berkop 'Bank DKI', keduanya ditahan oleh perusahaan hingga bulan Maret.
"Saya juga bingung, kenapa kartu ATM dan tabungan ditahan perusahaan hampir tiga bulan. Tepat bulan April, baru kartu ATM dan buku tabungannya diberikan ke kami," kata IK.
IK menambahkan, ketika kartu dan buku tabungannya dikembalikan ia mendapati amplop putih tersebut telah sobek. Bahkan lembar kertas yang berisi nomor PIN yang tersimpan di dalam amplop tersebut juga telah sobek. "Saat mengetahui amplopnya terbuka saya langsung buru-buru ganti nomor PIN. Tapi kok uang direkening saya tetap raib ya," ujarnya heran.
IK mengatakan, sejak diberikan kartu ATM ia baru sekali menarik uang sebesar Rp 50.000 pada Sabtu (14/6) lalu. Ia pun menarik uang tersebut, lantaran melihat saldonya tinggal Rp 65.000. "Aneh banget, pas Sabtu lalu saya lihat di ATM uang saya tinggal Rp 65.000, akhirnya saya ambil Rp 50.000," jelas IK.
"Selain Rp 50.000 itu saya tidak pernah ambil gaji di rekening itu kok. Karena selama ini kita tidak tahu kalau April dan Mei lalu kami gajian," kata IK lagi.
Selama ini, IK mengaku belum mengetahui bahwa gaji bulan April dan Mei sudah masuk dalam rekeningnya. Sebab selama ini tidak pernah ada pemberitahuan dari mana pun bahwa mereka sudah digaji. Di buku tabungan miliknya, diketahui upah sebesar Rp 2,4 juta mengalir sebanyak tiga kali. Dua kali terjadi pada tanggal 22 April dan satu kali pada 16 Mei.
Namun sehari setelah pengiriman dana yang pertama, diketahui telah terjadi penarikan sejumlah uang dengan nominal Rp 1 juta untuk empat kali penarikan dan Rp 500.000 untuk sekali penarikan. Penarikan uang secara misterius juga terjadi pada pengiriman gaji pada periode yang kedua.
Pada tanggal 18 Mei telah terjadi dua kali penarikan dengan besaran uang Rp 1.250.000 dan Rp 1,2 juta. IK pun mengaku bingung telah terjadi perputaran uang di rekening Bank DKI nya. IK pun berharap agar upah yang selama ini menjadi haknya bisa dinikmati.
Pasalnya selama tiga bulan ini dia belom mendapatkan upah dan berujung numpuknya utang dimana-mana. "Saya punya utang Rp 900.000 ke warung, belom lagi sewa kontrakan rumah Rp 300.000 belum saya bayar selama tiga bulan," jelas IK.
Hal senada juga dialami oleh MS (52) salah seorang PHL lain. Anehnya, perputaran uang yang terjadi di rekeningnya juga sama persis di buku tabungan milik IK. "Saya juga bingung kenapa jumlah penarikannya sama seperti dia. Tapi bukan hanya sama dia saja, tiga teman yang lain juga sama," jelas MS.
Saat dikonfirmasi, Sekretaris Perusahaan Bank DKI, Zulfarshah, mengatakan pihaknya sudah menyerahkan buku dan ATM langsung ke tangan para PHL. Dengan demikian, tanggung jawab rekening sepenuhnya sudah diserahkan pada nasabah.
"Selama ini Bank DKI sudah melakukan secara prosedur. Pihak Dinas pun secara rutin mentransfer uang gaji para PHL," ujarnya.
Namun diakui ia mendapat informasi bahwa buku dan ATM tabungan PHL pernah dikumpulkan oleh pihak perusahaan tempat mereka bekerja. Menurut Zul, hal tersebut menyimpang, sebab buku dan atm adalah bersifat privasi antara nasabah dengan bank.
"Tapi hubungan pekerja dengan perusahaan mereka bekerja diluar wewenang kita. Sebenarnya itu kan haknya pemegang rekening, tidak boleh dipinjamkan dan dipindahkan ke orang lain," kata Zul.
Namun ketika disinggung adanya perputaran uang secara misterius, menurutnya sangat tidak mungkin orang yang bukan pemegang rekening bisa mengambil rekening milik orang lain. Terpisah, Wakil Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Isnawa Adji mengatakan selama ini pembayaran terhadap para PHL langsung dilakukan melalui rekening. Sehingga terkait kejadian ini dirinya mengatakan hal tersebut diluar kewenangan.
"Selama ini kesulitan kita kalau ada keluhan mereka tidak pernah lapor. Kalau mereka takut, silahkan laporkan secara pribadi, saya jamin kerahasiaan identitas pelapor," kata Adji.
Demikian halnya juga terhadap kejadian ini, dirinya mengaku kesulitan. Sebab, tidak mungkin ia menindak lanjuti persoalan tanpa ada laporan dari pihak yang dirugikan. Sementara itu, ketika dikonfirmasi perusahaan tempat mereka bekerja, PT TK tidak dapat dihubungi.
Konfirmasi yang dilakukan melalui telepon perusahaan tidak diangkat. Sedangkan saat disambangi kantornya di kawasan Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara, tidak ada orang yang dapat ditemui untuk memberikan keterangan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.