Kerupuk Miskin dan Nanas Bergelayut di Sepeda Motor Pemudik
Pantauan Tribunnews.com, saat arus balik, barang bawaan para pemudik bukannya makin menyusut, malah kian banyak.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Denyut nadi arus balik pemudik--khususnya kendaraan roda dua--sudah mulai berdenyut di Jalan Raya Kalimalang, Jakarta Timur, pada H+3 Idul Fitri, Kamis (31/7/2014).
Pantauan Tribunnews.com, saat arus balik, barang bawaan para pemudik bukannya makin menyusut, malah kian banyak. Meski mengendarai sepeda motor, oleh-oleh bagi keluarga dan tetangga sebagai buah tangan mudik tetap tidak terlupakan.
Di sepanjang Jalan Raya Kalimalang yang merupakan penghubung Jakarta dengan Bekasi, banyak ditemukan pemudik yang membawa oleh-oleh seperti nanas dan kerupuk miskin--karena digoreng menggunakan pasir, bukan minyak.
Nanas dan kerupuk melarat ini diikat bergelantungan di bagian belakang sepeda motor. Untuk nanas, biasanya diikat di dekat knalpot sepeda motor.
Sinta, pemudik sepeda motor yang baru kembali dari Tegal, mengatakan nanas dan kerupuk miskin memang banyak diburu pemudik untuk dijadikan oleh-oleh.
"Setiap pulang kampung, saya pasti beli nanas dan kerupuk miskin, yang warnanya warna-warni dan digoreng dengan pasir," ucap Sinta saat ditemui di Kalimalang, Kamis (31/7/2014).
Menurut Sinta, nanas Subang berbeda dengan nanas lainnya. Maklum, rasanya lebih manis. Sedangkan kerupuk miskin bisa tahan lama dan tidak apek karena tidak mengandung minyak, tanpa kolestrol dan sehat.
"Sebenarnya sih dari segi bahan dan bumbu, sama saja. Cuma kerupuk miskin warnanya ada tiga merah, putih, kuning," terangnya.
Sinta mengaku membeli oleh-oleh tersebut di kios-kios pinggir jalan di jalur Subang-Sadang maupun Pantura Subang. "Pas musim mudik banyak warung dadakan di Pantura Subang, Indramayu, Cirebon. Harganya juga terjangkau," tambahnya.