Puas Pakai BBG, Sopir Bajaj: Tapi Antrenya 1 Jam
Mulyadi, sopir bajaj BBG, mengaku, setiap hari mengantre selama sekitar satu jam di stasiun pengisian BBG jenis mobile refueling unit (MRU).
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski puas dengan pemakaiannya, pengguna bahan bakar gas (BBG) mengeluhkan sedikitnya jumlah stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG).
Mulyadi, sopir bajaj BBG, mengaku, setiap hari mengantre selama sekitar satu jam di stasiun pengisian BBG jenis mobile refueling unit (MRU) di Taman Monumen Nasional (Monas).
"Ngantrenya lama karena mobil juga ngisi di MRU Monas," ujarnya. Mulyadi berharap pemerintah memperbanyak SPBG. "Kalau pemerintah mau serius, diperbanyak saja," katanya.
Eko, rekan Mulyadi menambahkan, jarak antarstasiun BBG yang berjauhan juga menimbulkan kesulitan bagi pengemudi bajaj.
Eko yang rutin mangkal di Stasiun Gambir dan Juanda ini terkadang harus menempuh jarak 8 km untuk sampai di stasiun pengisian BBG di wilayah Pesing dan Pedongkelan, Jakarta Barat.
Karena itu, Eko juga berharap pemerimtah memperbanyak SPBG. Kedua sopir bajaj itu juga mengeluhkan jam operasi MRU Monas.
"Stasiun isi ulang ini hanya buka Senin sampai Jumat, dari pukul 06.00 hingga 17.00 WIB," kata Eko.
Pemerintah menetapkan harga BBG adalah Rp3.100 per liter setara premium (LSP). Mulyadi mengaku, harga tersebut tidak membebaninya.
Malah, Mulyadi mengaku, ia kini bisa berhemat dibandingkan saat mengoperasikan bajai berbahan bakar minyak (BBM). Namun, setoran Mulyadi ke pemilik bajaj tidak berkurang.
Para juragan bajaj mematok setoran tiga kali lipat lebih tinggi daripada setoran bagi pengemudi bajaj berbahan bakar premium. Mulyadi mengaku, setiap hari ia harus menyetor Rp140 ribu ke si juragan bajaj.