BPOM: Bahan Makanan Berbahaya Tersebar di Depok dan Bogor
Banyaknya mie berformalin beredar di Depok dan Bogor, setelah menggerebek pabrik mie berformalin di kawasan Bojonggede
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK -- Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Mustofa, mengatakan tidak rutinnya pengawasan makanan dengan uji sampel yang dilakukan Dinas Kesehatan Depok dan Dinas Kesehatan Bogor membuat banyak bahan makanan di sejunlah pasar tradisional dan pusat niaga di dua wilayah itu yang diduga juga berbahaya.
"Kami menduga tidak hanya mie berformalin saja yang tersebar di dua kawasan itu, tapi banyak bahan makanan lain," kata Mustofa, Selasa (14/10/2014).
Mustofa menjelaskan kepastian banyaknya mie berformalin beredar di Depok dan Bogor, setelah pihaknya menggerebek dua pabrik mie berformalin di kawasan Bojonggede, Bogor yang merupakan wilayah perbatasan Depok dan Bogor.
Dari pengakuan pemilik kedua pabrik, Lilik Supriyadi, kata Mustofa, peredaran 6 ton mie berformalin yang dijualnya sebagian besar di wilayah Depok dan Bogor serta sisanya di Jakarta, Bekasi hingga Tangerang.
"Karena lokasi dekat dengan pabrik, saya menduga wilayah Depok dan Bogor paling banyak menerima pasokan mie berformalin dari dua pabrik yang kami grebek itu," katanya.
Ia menjelaskan selain mie berformalin diduga kuat banyak jenis makanan lain di Depok dan Bogor yang terkontaminasi bahan berbahaya. Diantaranya yang utama dan sangat mungkin adalah bakso dan cendol.
"Bahkan selain bakso dan cendol, beberapa kali kami sita juga tahu yang mengandung borak cukup tinggi sampai 1,5 miligram. Jadi cukup banyak sampel yang sudah kami sita dari Depok dan Bogor," paparnya.
Mustofa menuturkann dari data uji sampel BPOM tahun 2011 ada 70 jenis makanan di Depok dan Bogor yang dianggap berbahaya.
Pada tahun 2012, jumlahnya meningkat menjadi 75 jenis makanan yang mengandung formalin dan borak.
Lalu, pada tahun 2013 kembali meningkat dan ditemukan 88 jenis makanan berbahaya mengandung borak dan formalin.
"Sementara tahun 2014 ini, jumlahnya belum kami inventarisir semuanya. Yang pasti kami perkirakan meningkat juga. Seluruh makanan yang diuji sampel kami periksa secara acak. Jika mengandung bahan berbahaya langsung kami sita dan tarik dari peredaran," paparnya. (Budi Malau)