Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kaderisasi Geng SMA Melalui Ritual 'Penurunan Jaket'

Geng pelajar di SMAN 6 Jakarta itu tak peduli teriakan Ahok melarang geng pelajar. Kaderisasi tetap harus berlanjut.

Editor: Rendy Sadikin
zoom-in Kaderisasi Geng SMA Melalui Ritual 'Penurunan Jaket'
Warta Kota/Theo Yonathan Simon Laturiuw
Para pelajar berjaket GOR A SIX sedang berkonvoi. Meski Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama telah membubarkan geng di sekolah, sebagian masih hidup dan tetap meneruskan tradisi senior-yunior. 

Laporan Wartawan Warta Kota, Theo Yonathan Simon Laturiuw

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hari 'penurunan jaket' GOR'A'SIX tiba juga, Jumat (21/11). Geng pelajar di SMAN 6 Jakarta itu tak peduli teriakan Ahok melarang geng pelajar. Kaderisasi tetap harus berlanjut.

Sejak pagi siswa kelas XI, Arrazy Alfath (16), Lutfi (16), dan Satria (16), sudah sibuk menyebar informasi lewat media sosial LINE.

GOR'A'SIX punya tradisi kaderisasi turun temurun. Salah satunya tradisi 'penurunan jaket'. "Itu untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan dan hormat terhadap senior," kata Arrazy. Ini bagian awal dari segalanya di GOR'A'SIX.

Geng pelajar GOR'A'SIX sudah sering terlibat tawuran, perkelahian, serta aksi bullying. Salah satunya mengakibatkan siswa SMAN 6 Jakarta, Allawy, tewas pada 2012 lalu.

Sebenarnya anggota GOR'A'SIX di kelas XI sudah berkoar soal 'penurunan jaket' sejak sepekan lalu. Kemudian ada 50 siswa kelas X yang mau ikut.

Makanya Jumat pagi itu siswa kelas XI hanya mengingatkan lagi. Sekaligus menyampaikan aturan dan lokasi 'penurunan jaket'.

Berita Rekomendasi

Siswa kelas XI memilih Lapangan Pacuan Burung di Intercon, Meruya, Jakarta Barat sebagai lokasi. Siswa kelas X tak boleh memakai motor kesana. Mesti naik bus umum. Sementara siswa kelas XI dan beberapa siswa kelas XII menunggu di lokasi.

Aksi ini mulus. Siswa kelas X tiba di lapangan siang hari. Tapi warga sekitar terganggu. Lalu melapor ke Polsek Puri Kembangan. Polisi datang, siswa berlarian, kabur. Polisi lalu mengamankan 24 siswa. Terdiri dari siswa kelas X, XI, dan XII. Sisanya kabur.

Sampai malam hari 24 anak ini masih ditahan di polsek. Orangtua sudah datang, tapi polisi belum mau melepas sebelum pihak sekolah datang. Setelah pihak sekolah datang, baru polisi melepasnya saat larut malam.

Tiga hari berikutnya, Senin (24/11) Arrazy Alfath (16), Lutfi (16), dan Satria (16) diinterogasi seharian oleh Wakil Kepala SMAN 6 Bidang Kesiswaan, Endang. Mereka tak boleh ikut pelajaran. Dan baru boleh makan selepas siswa lain selesai istirahat.

"Kami butuh tempat untuk menyuruh kelas sepuluh lari, skot jump, dan push up. Makanya kami bawa ke lapangan Intercon," kata Arrazy kepada Warta Kota, Senin (24/11) siang. Arrazy menyebut itu sudah tradisi. Dia pun menjalaninya dulu dengan sadar karena memang mau.

Menurut Arrazy ada satu keuntungan ikut GOR'A'SIX. Sifat kekeluargaannya yang kental. Sehingga akan dibantu setiap ada kesulitan. Termasuk saat memiliki masalah dan harus berkelahi. Maka anggota GOR'A'SIX lain akan ikut membantu.

Arrazy sudah bosan siang itu. Dia duduk bertiga dengan Lutfi dan Satria di ruang aula SMAN 6 Jakarta. Kepala Sekolah, Rukiman Lumban Batu mengancam mereka akan dikeluarkan dari sekolah. Tapi pada akhirnya mereka tak dikeluarkan.

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas