Jual Buah Merah, Istri Pollycarpus Sempat Dicurigai Tetangga
Saat itu, masyarakat sedang gandrung ekstrak buah merah. Buah khas Papua itu disebut manjur untuk mengobati beberapa jenis penyakit.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN - Sejak sang suami dibui, Yosepha Hera Indaswari, istri Pollycarpus Budihari Priyanto, memutuskan untuk menjalankan usaha agar ada pemasukan. Saat itu, masyarakat sedang gandrung ekstrak buah merah. Buah khas Papua itu disebut manjur untuk mengobati beberapa jenis penyakit.
Hera lalu menghubungi rekan-rekannya yang tinggal di Papua dan minta dikirimi buah merah. Hera juga mencari tahu teknik pengolahan buah merah di internet. "Saya buat ekstrak buah merah. Satu buah merah hanya menghasilkan 150 cc. Saya taruh di botol lalu saya jual," ujar Hera di rumahnya di kompleks Pamulang Indah Permai, Kota Tangerang Selatan, Banten, Senin (1/12).
Masalah lain muncul. Calon pembeli mencurigai buah merah racikan Hera. "Menjual ekstrak itu berat karena suami saya dituduh meracuni orang, sedangkan saya justru menjual obat (herbal). Tentu saya kesulitan memasarkannya," katanya.
Berkat bantuan tetangga, perlahan-lahan pembeli mulai percaya. Mereka juga menjadi pelanggan tetap. Kepada pelanggan baru, Hera menjelaskan bahwa ia adalah istri Pollycarpus, terpidana kasus pembunuhan Munir.
"Ada pembeli datang ke rumah, lalu saya kasih tahu jika saya ada masalah, saya ceritakan kasus yang menimpa suami saya, sekadar untuk mengingatkan mereka, karena saya takut dijebak," katanya.
Rupiah demi rupiah yang terkumpul dari penjualan ekstrak buah merah itu, kata Hera, digunakan untuk melunasi uang pendaftaran anak sulungnya yang diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Atmadjaya. Uang muka itu sebesar Rp65 juta.
"Satu botol isi 100 cc ekstrak buah merah saya juga seharga Rp150 ribu. Dalam sehari saya bisa bikin 10 hingga 20 botol. Jadi, sehari saya bisa dapat Rp2 juta sampai Rp3 juta. Uang seperti jatuh dari langit, hingga saya lunasi uang muka anak saya yang masuk fakultas kedokteran," ungkapnya.
Tak lama setelah anak Hera masuk fakultas kedokteran, pamor buah merah meredup. Maka, dicarilah usaha yang lebih prospektif. Hera kemudian memutuskan untuk menjual virgin coconut oil (VCO) yang saat itu sedang laris. "Saya belajar lagi. Saya juga ke Glodok untuk belanja bahan-bahannya," kata Hera.
Hera yang dibantu dibantu tetangganya menjual VCO seharga Rp15 ribu per 100 cc. "Untungnya menggiurkan, setiap penjualan Rp150 ribu, untungnya Rp120 ribu," kata perempuan asal Yogyakarta itu. Seperti ekstrak buah merah, pamor VCO juga meredup dan Hera pun menghentikan produksinya.