Keluarga Terdakwa Kasus JIS Berikan Dukungan dan Berdoa Bersama
Sekitar 80 staf Indonesia bersama sejumlah orang tua murid menggelar aksi damai di depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Penulis: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah rekan dan keluarga dari kedua guru dan kelima petugas kebersihan yang menjadi terdakwa dalam tuduhan kasus kekerasan asusila, bersama semua komunitas Jakarta Intercultural School (JIS) terlihat kompak menghadiri doa bersama, sebagai bentuk dukungan, seiring dengan dimulainya persidangan kedua guru JIS Selasa lalu, (2/12), di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
"Sungguh teramat sedih melihat suami saya dan Ferdi didakwakan. Meskipun demikian, saya dan Siska sangat yakin bahwa suami kami tidak bersalah dan kami yakin kebenaran akan terungkap,” kata Tracy Bantleman, istri dari Neil Bantleman, salah satu guru yang ditahan saat ini.
Pada sidang perdana kedua guru ini, sekitar 80 staf Indonesia bersama sejumlah orang tua murid menggelar aksi damai di depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sebagai bentuk dukungan moril dengan pesan "Tolak Rekayasa Kasus JIS" dan "JIS Tidak Akan Menyerah Terhadap Rekayasa Kasus".
Maya Lestari, salah satu orang tua murid yang selama ini memberikan dukungan kepada keluarga guru dan petugas kebersihan. "Kami tidak mungkin memberikan dukungan secara terus menerus seperti ini, jika kami tidak percaya 100 persen bahwa mereka ini tidak bersalah. Ini adalah masa yang sangat sulit bagi semua guru, staf, orang tua murid, dan seluruh keluarga terdakwa, terlebih lagi bagi para kelima petugas kebersihan yang saat ini sudah lebih dari 150 hari berada dalam tahanan."
Sidang tertutup kasus kekerasan asusila yang melibatkan kelima terdakwa petugas kebersihan juga semakin mengundang tanda tanya besar akan kebenaran dari tuduhan-tuduhan tersebut. Setelah melalui 18 persidangan, tidak ada sama sekali bukti yang menunjukan telah terjadinya kekerasan asusila, apalagi jika dikatakan terjadi pemerkosaan berkali-kali sebagaimana didakwakan.
Narti, istri Agun, salah satu terdakwa petugas kebersihan mengatakan, saat ini merupakan masa-masa yang sangat sulit untuk keluarga. "Suami saya adalah tulang punggung keluarga, dan dengan adanya tuduhan seperti ini, suami saya terpaksa meninggalkan kami termasuk anak saya yang baru berumur 4 bulan. Secara tidak langsung, kami juga telah menjadi korban dari tuduhan tidak berdasar ini. Kami berdoa dan berharap para Hakim dapat melihat kebenaran di balik kasus ini dan berani untuk membebaskan mereka yang tidak bersalah."
Tidak hanya keluarga mereka yang harus mengalami kerugian dan tekanan publik, para terdakwa petugas kebersihan ini juga dikabarkan telah menjadi korban kekerasan selama masa penyidikan. Mereka disiksa dan dipaksa untuk mengakui perbuatan yang bahkan tidak pernah terjadi. Berdasarkan pengakuan mereka, siksaan yang mereka alami sangat tidak manusiawi dan tidak tertahankan. Penyiksaan ini juga diduga telah mengambil nyawa Azwar, salah satu petugas kebersihan yang meninggal saat proses penyidikan. Saat ini, kelima terdakwa petugas kebersihan telah mencabut pengakuan mereka yang dipaksakan secara resmi di pengadilan.
"Serikat Pekerja dan seluruh komunitas di JIS terkejut dan sangat heran tuduhan kejahatan tersebut dapat dituduhkan kepada Neil dan Ferdi, juga kepada kelima petugas kebersihan. Mereka ditahan dan saat ini diproses di persidangan tanpa adanya bukti kuat apapun. Kami sangat berharap kebenaran akan terungkap, keadilan dapat ditegakkan, dan mereka yang tidak bersalah dapat kembali kepada keluarganya masing-masing," ujar Rully Iskandar, perwakilan Serikat Pekerja JIS.