Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat: Persaingan Bisnis Taksi Mulai Tak Sehat

"Tujuannya agar bisa memonopoli bisnis taksi ini," kata Djoko saat dihubungi Warta Kota, Kamis (18/12/2014).

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Pengamat: Persaingan Bisnis Taksi Mulai Tak Sehat
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Petugas Dinas Perhubungan DKI Jakarta, melakukan razia angkutan umum dan taksi di Jalan Gunung Sahari Raya, Senen, Jakarta Pusat, Senin (8/12/2014). Razia tersebut sebagai antisipasi kejahaatan yang belakangan ini terjadi didalam taksi. WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA 

TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Pengamat Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menilai, persaingan bisnis antar perusahaan taksi saat ini memang sudah mulai tampak mengarah ke persaingan yang tidak sehat.

Bentuk persaingan, katanya, bukan lagi dengan meningkatkan layanan kepada konsumen atau dengan menekan harga, tetapi juga menjelekkan citra pesaing di mata konsumen dengan menggunakan segala cara.

"Tujuannya agar bisa memonopoli bisnis taksi ini," kata Djoko saat dihubungi Warta Kota, Kamis (18/12/2014).

Djoko menuturkan tak sedikit perusahaan taksi menggunakan strategi menyusupkan orang ke perusahaan taksi pesaingnya.

Di sana orang yang disusupkan melakukan perusakan nama baik dan citra perusahaan taksi pesaingnya dengan cara merugikan konsumen.

"Sehingga konsumen akhirnya menilai perusahaan taksi yang dimaksud tidak layak," katanya.

Biasanya, kata Djoko, perusahaan taksi yang lebih besar, akan memenangkan cara tak sehat ini karena memiliki modal besar untuk perusakan citra pesaingnya hingga akhirnya mendominasi.

BERITA TERKAIT

Cara seperti ini, kata Djoko, bukanlah hal baru dan sudah lama dilakukan dan banyak terjadi di daerah-daerah.

"Ini sudah saya dengar sejak lama. Pola seperti ini terjadi di daerah-daerah. Perusahaan taksi di daerah tak mampu melawan pesaingnya yang tiba-tiba masuk dan mampu menarik konsumen dengan cepat. Caranya ya dengan cara membayar orang dan menyusupkannya ke perusahaan taksi pesaingnya," papar dia.

Cara seperti ini, katanya, secara etika bisnis sangat tidak baik. Sebab perusahaan taksi besar seharusnya merangkul pengusaha taksi kecil dan bukan mematikannya.

"Agar ada simbiosis mutualisme dimana masyarakat di daerah dilibatkan dalam membangun bisnis tersebut," katanya.

Terkait dengan aksi perampokan didalam taksi yang dilakukan beberapa orang beberapa waktu lalu dan berhasil diungkap pihak kepolisian, Djoko menilai tidak menutup kemungkinan ada pula motif persaingan usaha dalam kasus itu.

Namun, katanya, hal itu akan sangat sulit untuk dibuktikan. "Ibarat kentut tak berbunyi. Baunya ada, tapi suaranya tak ada. Jadi sulit dibuktikan," ujar Djoko.

Sementara, Kuasa Hukum Taksi Express, Berman Limbong, mengatakan dalam kasus perampokan bermodus sopir taksi itu, mobil yang digunakan bukanlah mobil perusahaannya.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas