Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Pembuatan Patung Arjuna Wijaya

Jika melintas di persimpangan Jalan MH Thamrin dan Jalan Medan Merdeka, maka anda akan melihat patung kuda berdiri kokoh.

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Sanusi
zoom-in Kisah Pembuatan Patung Arjuna Wijaya
http://ridhobustami.files.wordpress.com
Patung Arjuna Wijaya 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika melintas di persimpangan Jalan MH Thamrin dan Jalan Medan Merdeka, maka anda akan melihat patung kuda berdiri kokoh. Patung itu bernama Patung Arjuna Wijaya. Namun tahukah anda kisah pembuatan patung itu?

Seniman patung, Nyoman Nuarta bercerita mengenai pendirian patung tersebut. Patung sebagai ikon kota Jakarta itu dibuat pada tahun 1987 ketika Indonesia masih di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.

Bapak pembangunan itu mendapat ilham saat melakukan lawatan kenegaraan ke Turki. Di salah satu negara Eropa itu, Soeharto melihat banyak monumen yang menjelaskan cerita masa lalu di jalan-jalan protokol. Pada saat itu, hal serupa tidak ditemui di tanah air.




“Ketika itu, Pak Soeharto mengatakan jalan-jalan protokol kita belum punya monumen yang ada cerita filsafat. Kemudian, dia meminta mencari cerita yang memuat filsafat Indonesia. Akhirnya, kita membuat kisah dari Perang Baratayuda,” tutur Nyoman Nuarta.

Nyoman Nuarta menjelaskan proses pembuatan Patung Arjuna Wijaya dikerjakan sekitar 40 orang seniman. Pengerjaan dilakukan di Bandung, Jawa Barat. Patung berlapiskan tembaga tersebut memakan biaya sekitar Rp 200 juta.

Arjuna Wijaya merupakan ungkapan dari kemenangan Arjuna dalam membela kebenaran dan keberaniannya secara simbolis memberikan apresiasi terhadap sifat-sifat kesatriaan yang dahulu kala senantiasa dipahami masyarakat melalui cerita-cerita epos “Mahabarata”.

Patung itu menggambarkan dua tokoh dari kubu Pandawa, Arjuna dan Batara Kresna sedang menaiki kereta kencana yang ditarik delapan ekor kuda. Keduanya digambarkan sedang berada dalam situasi pertempuran melawan Adipati Karna, dari kubu Kurawa.

BERITA TERKAIT

“Ini bercerita mengenai penegakan hukum. Jadi dalam menegakkan hukum jangan ragu-ragu dan jangan pandang bulu,” jelas Nyoman Nuarta.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas