Tinggalkan Jejak Sperma, Pembunuh Empi Tak Bisa Lolos dari Kejaran Polisi
Sebab meninggalkan sperma sama dengan meninggalkan identitasnya
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gara-gara meninggalkan alat kontrasepsi berisi sperma, pembunuh Deudeuh Alfi Syahrin (26) alias Empi tak akan bisa mengelak apabila tertangkap nanti.
Sebab meninggalkan sperma sama dengan meninggalkan identitasnya di tempat kejadian perkara (TKP). Bahkan sama saja seperti meninggalkan 'KTP'.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya, Kombes Pol Musyafak, mengatakan, dari sperma maka bisa diidentifikasi DNA pelaku.
Lalu, kata Musyafak, DNA adalah media pencocokan yang paling identik dari semua media di alat identifikasi primer.
Alat identifikasi primer ada tiga, yakni DNA, sidik jari, dan gigi geligi.
"Tapi DNA adalah yang paling identik," ucap Musyafak, Selasa(14/4/2015).
Makanya, apabila nanti ada orang yang diduga pelaku tertangkap, maka tinggal dicocokkan saja DNA pelaku yang diduga dari tubuhnya dengan DNA di sperma.
"Apabila cocok yang sudah pasti dia pelakunya," ucap Musyafak.
Namun, apabila hasilnya berbeda, kata Musyafak, tak bisa pula serta merta disebut bahwa orang yang tertangkap bukan pelaku.
"Bisa jadi justru lebih dari satu orang pelakunya," kata Musyafak.
Menurut Musyafak, sejak ditemukannya sperma, pasti sudah diteliti DNAnya. Lalu sperma itu akan disimpan oleh penyelidik sebagai barang bukti penyelidikan. Biasanya disimpan di tempat dingin.
Sebelumnya, Empi ditemukan terbunuh di kamar kosnya di Jalan Tebet Utara 1 nomor 15 C RT/RW 07/010, Tebet, Jakarta Selatan, pukul 19.00, Sabtu (11/4/2015) malam. Empi diketahui bekerja sebagai pekerja seks yang kerap melayani tamunya di kamar kos tersebut.
Dari kamar kos polisi menyita buku daftar tamu yang dicatat oleh korban. Lalu kabel rol yang terlilit di leher korban, beberapa ponsel milik korban, dan alat kontrasepsi berisi sperma yang diduga milik pelaku.
Saat ini polisi sudah mengetahui identitas pelaku berdasarkan catatan pelanggan terakhir di buku tamu. Dan kini pelaku masih dalam pengejaran. Korban memang selalu mencatat setiap tamu yang datang di buku tamu yang baru Ia bikin sebulan lalu. (Theo Yonathan Simon Laturiuw)