Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

'Arwah Korban Seperti Mengejar-ngejar Saya'

Arwah korban seperti mengejar-ngejar saya," ujar Muhammad Prio Santoso di Mapolda Metro Jaya

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in 'Arwah Korban Seperti Mengejar-ngejar Saya'
Wartakota/Theo Yonathan Simon Laturiuw
Rio Santoso (26), guru privat pembunuh Deudeuh Alfi Sahrin 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Perasaan bersalah masih menggelayuti diri Muhammad Prio Santoso (24 tahun).

Dia masih mengingat wajah dari Deudeuh Alfi Syahrin (28 tahun) saat wanita satu orang anak itu tewas ditangannya.

Dia menghabisi teman kencannya di Jalan Tebet Utara 1 nomor 15 C RT/RW 07/010, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (11/4/2015) malam sekitar pukul 19.00 WIB. Setelah, kejadian itu, dia seperti dihantui sosok Deudeuh.

"Arwah korban seperti mengejar-ngejar saya," ujar Muhammad Prio Santoso di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (15/4/2015).

Kejadian pembunuhan itu terjadi di pertemuan kedua kali. Dirinya mulai tertarik dan mau mengencani korban setelah melihat foto di media sosial twitter.

Dia mengatakan wanita tersebut berparas cantik, dan bertarif murah.

Kemudian, keduanya bertemu pertama kali pada pertengahan Maret 2015 yang berlanjut dengan hubungan intim di kamar kos korban.

BERITA REKOMENDASI

Hubungan pertama membekas bagi tersangka dan kembali berjanjian untuk melakukan hubungan terlarang tersebut.

Bukan tanpa alasan mengapa guru mata pelajaran matematika di sebuah tempat bimbingan belajar di Jakarta Barat itu nekat membunuh teman kencannya. Ini karena, dia merasa tersinggung korban mengatakan kepada dia bau badan.

Dia mendengar Deudeuh berulang kali mengatakan seperti itu. Ucapan bau tersebut dibilang oleh korban saat mereka sedang berhubungan badan. Posisi Muhammad Prio Santoso berada di atas, kemudian dia mencekik korban yang posisinya di bawah.

"Sewaktu saya berhubungan intim di tengah jalan saya dibilang badan hitam sudah begitu dekil lagi eh hidup malah. Omongan dilanjutkan dengan kata-kata saya bau. Waktu itu, saya setelah pulang kerja," tuturnya.

Korban berontak menggigit jari kanan pelaku, pelaku lalu terjatuh sambil menyenggol barang-barang di kamar korban, setelah korban lemas pelaku mengambil kabel roll yang terbuka untuk digunakan mencekik korban.


Menurut pengakuan pelaku, korban terlihat masih bernapas dan setelah itu mulut korban di sumpal menggunakan kaos kaki berwarna hitam milik pelaku.

"Saya mencekik dia, kemudian mata dia melotot ke arah saya dan lidahnya menjulur," kata dia.

Usai membunuh, ayah satu orang anak itu, menggasak barang-barang milik korban. Barang tersebut, yaitu 4 buah HP merk Samsung, 1 buah macbook mini, 1 buah ipad, 1 buah laptop, dan uang tunai Rp 2,8 juta.

Semula, pelaku tidak berniat mengambil barang-barang korban yang tergeletak di meja. Untuk menghilangkan barang bukti, akhirnya semua barang itu diambil, namun, dia tidak menjual.

Usai menghabisi teman kencannya, pelaku melarikan diri. Dia sempat duduk-duduk selama 15 menit di dekat Stasiun Tebet, Jakarta Selatan. Akhirnya, dia memutuskan pulang ke rumah di Jalan Batu Tapak 1 RT/RW 001/011, Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat. Di tempat itu, dia bertemu istri dan anak.

Pelaku meyakini cepat atau lambat dia akan tertangkap. Dia bahkan mengikuti perkembangan pemberitaan di media massa. Dia ditangkap di Bogor pada Rabu dinihari.

"Saya tahu dicari polisi. Apalagi saya sering membaca pemberitaan tewasnya korban. Saya hanya bisa menyesal, dan berharap keluarga saya mau menerima kembali setelah menjalani hukuman,"katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas