Prostitusi Lewat Twitter Mulai Ramai Sejak 2013 Karena Lebih Aman
"Kalau misalnya kliennya enggak sesuai nih, tapi kliennya sudah bayar ke perusahaan, kita harus ngelayanin,” cerita Mami.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terbunuhnya Deudeuh Alfi Syahrin (26) alias Empi seorang PSK yang mencari pelanggan lewat media sosial online Twitter membuka mata banyak pihak bahwa prostitusi lewat online benar-benar ada dan terbukti.
Padahal sebenarnya prostitusi online bukanlah barang baru di Indonesia. Keberadaannya merupakan bagian dari kenyataan pahit yang tak segera diobati.
Sebut saja Mami (32), perempuan yang sudah malang melintang di dunia prostitusi online sejak 2007 lalu di Jakarta. Mami enggan bekerja di lokasi prostitusi dan memilih dunia online karena tidak perlu keluar rumah.
"Satu, kita enggak perlu keluar, lebih bebas dari razia dan kita lebih safety,” ucap Mami kepada Kompas.com di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (14/4/2015).
Selain itu, di dunia prostitusi online, para perempuan bebas memilih kliennya, tidak seperti bekerja di perusahaan yang dianggap mengikat.
“Kita bisa nentuin gue mau atau enggak sama kliennya. Kalau kita kerja terikat kan, misalnya kalau di karaoke. Kalau misalnya kliennya enggak sesuai nih, tapi kliennya sudah bayar ke perusahaan, kita harus ngelayanin,” cerita Mami.
Mami mencontohkan pemotongan harga yang sering dilakukan. Misalnya, bayaran dia Rp 1 juta, tetapi ia hanya menerima Rp 500.000. Sebab, setengahnya sudah dipotong untuk perusahaan dan induk semangnya.
Dengan demikian, kalau perempuan tidak suka dengan klien tersebut, ia tidak perlu repot menolak. Ia hanya perlu bilang tidak, dan urusan selesai.
“Tapi kan kalau online, kalau misalnya bilang gue enggak sreg, ya udah tinggal cancel gitu,” ungkap Mami.
Lewat Twitter
Saat pertama kali menjadi angel (istilah perempuan yang dilacurkan di forum/dunia online), Mami menggunakan forum sebagai sarana promosi dirinya. Namun, sejak tahun 2013, ia mengaku banyak angel pindah ke dunia Twitter sebagai ranah promosi. Saat itulah kemudian dirinya juga mengikuti para angel lainnya.
"Gini, kalau Twitter itu aku juga baru tahu saat tahun 2013. Kalau anak-anak ngungsi ke Twitter,” kata Mami.
Perpindahan itu, kata Mami, lebih karena di forum sudah tidak aman lagi. Salah satunya banyak polisi yang kemudian menggerebek usaha mereka.
"Karena banyak polisi di forum. Sering dengarlah, digerebek di Mediterania atau Casablanca yang pernah digerebek jasa esek-esek online,” ungkap Mami.
Selain kurang aman, di forum, kata Mami, pengelolanya kerap meminta bayaran per tahun kepada mereka. Hal ini dilakukan untuk verifikasi bahwa angel tersebut memakai foto yang asli.
"Lebih cenderung ke Twitter karena kalau di forum biasanya harus bayar member per tahun. Biasanya Rp 150.000,” ucap Mami.
Kendati demikian, Mami mengakui, perpindahannya dari forum ke jejaring sosial Twitter juga memilik dampak lain. Salah satunya pelanggan yang beragam, termasuk anak-anak.
"Cuma sih kalau untuk klien itu di forum mereka lebih punya verifikasi dan itu enggak sembarangan orang. Kalau di Twitter kan, maaf maaf ya, anak kecil aja bisa masuk kalau kita enggak protect account,” ungkap Mami. [BERSAMBUNG,....]
Penulis : Kahfi Dirga Cahya