Suasana Jadi Kisruh Saat Pembunuh Empi Diajak Polisi ke TKP
Muhamad Prio Santoso (24), pembunuh Deudeuh Alfi Sahrin (26), Disoraki warga ketika dibawa polisi ke lokasi pembunuhan
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Wartakotalive.com,
Theo Yonathan Simon Laturiuw
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Muhamad Prio Santoso (24), pembunuh Deudeuh Alfi Sahrin (26), Disoraki warga ketika dibawa polisi ke lokasi pembunuhan, Jumat (17/4/2015). Polisi melakukan pra rekonstruksi.
Polisi tiba di lokasi di Jalan Tebet Utara, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan pukul 14.20. Ada dua mobil yang datang beserta beberapa polisi memegang senjata laras panjang.
Begitu Prio diturunkan dari mobil, warga yang sudah berkerumun lekas menyorakinya. "Woh, ini toh yang bunuh," ujar seorang warga.
"Buka saja pak polisi mukanya. Kasih liat saja," ujar seorang warga lain berteriak.
Prio pun menembus kerumunan warga, lalu masuk ke dalam indekos. Selanjutnya dua polisi bersenjata laras panjang tapi memakai baju bebas berjaga di depan pintu indekos. Sementara warga ramai berkerumun di depan kos, mengintip ke dalam. Jalanan di depan indekos pun jadi macet.
Sedangkan wartawan dari berbagai media televisi, cetak, dan online menumpuk di lantai dua rumah kos yang sempit. Hanya berupa lorong-lorong kecil.
Polisi membawa Prio masuk ke dalam, lalu menutup pintu. Sedangkan fotografer dan kameraman menunggu di depan pintu. Berdesak-desakan sampai udara jadi panas.
Sedangkan wartawan media online dan cetak tercecer di sudut lain yang agak jauh dari ruang kamar kos Empi dimana dia dibunuh. Ada juga wartawan yang masuk ke kamar kos yang kosong. Dari sepuluh kamar kos, sembilan diantaranya memang sudah kosong.
Makanya wartawan dan polisi leluasa masuk ke kamar kos, ada yang menyalakan air conditioner saking panasnya udara di lorong-lorong yang sesak dengan fotografer dan kamerame. Bahkan ada pula wartawan yang mencari stop kontak, lalu mengecash ponselnya.
"Habis nih batere gue. Nge cash dulu aja dah," ucap Icha, wartawan Merdeka.com.
Di dalam kamar selanjutnya polisi hanya menghabiskan waktu 20 menit. Tapi polisi jadi tak bisa keluar. Kameramen dan fotografer menghalangi jalan keluar polisi.
Kameramen dan fotografer meminta polisi memberikan waktu untuk mengambil gambar. Apabila tak diberikan, maka mereka tak akan bergerak. Polisi sempat tak peduli dan tetap mau menerobos. Tapi wartawan tetap tak mau bergeser. Akhirnya polisi menyerah, membuka pintu kamar, dan mempersilakan wartawan mengambil gambar.