Penutupan Jalur TransJakarta Harus Jadi Bahan Evaluasi DKI
Konferensi Asia Afrika ke 60 harus menjadi pelajaran bagi DKI Jakarta supaya masyarakat tidak kebingungan menggunakan kendaraan umum
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARATA - Konferensi Asia Afrika ke 60 harus menjadi pelajaran bagi DKI Jakarta supaya masyarakat tidak kebingungan menggunakan kendaraan umum dengan dilakukannya penutupan arus lalu lintas termasuk Bus TransJakarta.
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Darussalam menjelaskan bila TransJakarta merupakan transportasi massal unggulan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mensiasati kemacetan di Ibu Kota.
"Harusnya tidak perlu TransJakarta pun ikut ditutup jalurnya. Justru harusnya TransJakarta juga menjadi sarana transportasi wisata," katanya di Gedung DPRD DKI, Jumat (24/4/2015).
Politisi PKB tersebut, mengatakan dalam event-event internasional ke depan seperti Sea Games, TransJakarta harus tetap beroperasi.
Tidak seperti saat KAA TransJakarta jutru ikut ditutup jalurnya sehingga masyarakat tidak punya alternatif kendaraan umum lainnya mencapai tempat kerja di jalur-jalur yang terkena dampak penutupan jalan.
Memang pada saat KAA, sejumlah pekerja kantoran di Jalan MH Thamrin dan Sudirman harus berjalan kaki menuju ke stasiun kereta atau jalan-jalan lain yang tidak ditutup petugas. Baik orang hamil maupun orang tua harus berjalan kaki cukup jauh.
"Harusnya (TransJakarta) tetap beroperasi ketika acara seperti itu, sehingga masyarakat masih punya alternatif transportasi," ucapnya.
Supaya tidak terjadi hal serupa dimasa yang akan datang, Darussalam meminta supaya pihak Pemprov DKI berkoordinasi dengan pihak pemerintah pusat supaya TransJakarta tetap beroperasi meskipun jalan digunakan untuk jalur tamu-tamu negara.
"Minimal ada koordinasi dengan pihak pusat, jangan terulang menutup Busway, presiden saja bila lewat biasa lewat tidak distop (TransJakarta), kenapa sekarang distop. Intinya harus ada koordinasi," ujarnya.