Steven Setiabudi Musa: dari Penggusuran, Air Hingga BLT
eragam permasalahan terungkap dari kunjungan anggota DPRD DKI Jakarta Steven Setiabudi Musa dalam masa resesnya, Senin (18/5) sore
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Beragam permasalahan terungkap dari kunjungan anggota DPRD DKI Jakarta Steven Setiabudi Musa dalam masa resesnya, Senin (18/5) sore.
Perwakilan warga di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, mengeluhkan masih adanya penggusuran Mushalla, kelangkaan air bersih, hingga soal Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang ironisnya justru lebih banyak diterima warga yang sudah mapan.
Dalam reses masa sidang pertama tahun anggaran 2015 ini, antara 11 hingga 19 Mei, Steven Setiabudi Musa sudah mengunjungi konstituennya di daerah Pademangan, Ancol, dan Penjaringan.
Menyerap aspirasi, permasalahan, dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi konstituennya di Dapil 3 Jakarta Utara itu dihadapi Steven Setiabudi Musa dengan sabar. Kendati demikian, kata Steven, yang bisa dilakukan anggota dewan seperti dirinya memang hanya menjaring, menyaring, menghimpun, seluruh aspirasi dari warga yang sudah memilihnya dalam Pemilu lalu.
"Kalau dikatakan bahwa anggota dewan jangan sekadar berjanji dan memberi harapan, yang bisa saya sampaikan bahwa itulah memang tugas kami dalam masa reses ini. Semua permasalahan dan aspirasi yang kami serap, nantinya akan kami buat dalam bentuk pertanggung-jawaban. Nanti semuanya akan dibawa ke sidang Paripurna DPRD. Dari sana, disampaikan ke Pemprov. Semua yang dianggap perlu dan mendesak, Pemprov yang mengeksekusi," papar Steven Setiabudi Musa, anggota Komisi E dari Fraksi PDI Perjuangan itu.
Sebelumnya, Toto yang warga RT 017 RW 17 Kecamatan Penjaringan, mengatakan agar anggota dewan jangan hanya mengumbar janji. "Masyarakat butuh kepastian," kata Toto, yang disambut tepuk tangan ratusan warga dari beberapa RT di lingkungan RE 17 Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, itu.
Terkait penggusuran atau pembongkaran mushalla, seperti dikemukakan Ustaz Nasuha, Steven menyatakan bahwa hendaknya hal itu tidak sampai terjadi.
Seorang ibu, Nia, mengungkapkan permasalahan BLT di wilayahnya yang menurutnya justru lebih banyak diterima warga yang mampu.
"BLT khan untuk warga tidak mampu, koq yang mampu masih berebut BLT," kata Nia yang juga disambut tepuk tangan ratusan warga yang memadati gang di RT 017 RW 17 Kecamatan Penjaringan tempat diadakannya dialog.
Dika Purnomo, perwakilan dari Karang Taruna RT 020 RW 17, Kecamatan Penjaringan, mengungkapkan ketiadaan fasilitas untuk olahraga. Sementara, Saibudin dan ibu Muhayati mengeluhkan kelangkaan air bersih di lingkungan mereka.
Terkait dengan kebutuhan Karang Taruna, Steven meminta agar Diko Purnomo dkk membuat usulan kebutuhan dan kemudian menyampaikannya ke Kelurahan. Tetapi, ini juga harus terus dikawal.
Menurut Ketua Karang Taruna RW, Fadjar, mungkin saja memang ada dana yang dialokasikan untuk mereka, namun pihak Kelurahan selama ini tidak pernah terbuka.
"Kalau kami ada kegiatan, ya, tetap minta bantuan dari warga," jelas Fadjar.
Terkait dengan kebutuhan air bersih, Steven menyatakan bahwa pada prinsipnya air adalah kebutuhan prioritas, maka harus dinikmati warga secara gratis.
amun, dia meminta warga bersabar karena saat ini proses hukum dengan Palyja masih belum selesai. tb