Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Waspadai Beredarnya Gas Elpiji 'Suntikan'

Gas elpiji tabung 12 kilogram palsu hasil oplosan tabung "melon" kembali marak.

Editor: Sanusi
zoom-in Waspadai Beredarnya Gas Elpiji 'Suntikan'
Kompas/Totok Wijayanto
Pekerja distributor elpiji di kawasan Setiabudi, Jakarta membongkar muat elpiji 3 kilogram (kg) untuk dikirim ke pengecer, Selasa (13/1/2015). Pasca-kenaikan harga elpiji 12 kg, pemerintah membuka wacana untuk mengaplikasikan sistem distribusi tertutup elpiji 3 kg, sehingga tidak terjadi migrasi dari pengguna elpiji 12 kg. KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gas elpiji tabung 12 kilogram palsu hasil oplosan tabung "melon" kembali marak.

Selisih harga antara gas elpiji tabung 3 kg bersubsidi dan tabung 12 kg menjadi motivasi pemain dalam bisnis ilegal tersebut.

Padahal, di balik keuntungannya yang menggiurkan, ada bahaya mengintai dari penggunaan tabung gas palsu ini.

Pemberian segel yang tidak sesuai dengan standar berpotensi menimbulkan kebocoran gas. "Risiko meledaknya tinggi, sangat berbahaya," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul di Mapolda Metro Jaya, Kamis (21/5/2015).

Lokasi pengoplosan gas elpiji tabung palsu biasanya dilakukan secara home industry. Artinya, lokasi pengoplosan ada di sekitar permukiman warga.

Dalam prosesnya, pemindahan gas dari tabung melon ke tabung 12 kg sangat berisiko menimbulkan luapan gas ke udara. Percikan api kecil pun dapat menimbulkan ledakan yang besar.

Mudah dibuat

Berita Rekomendasi

Sulit dibasminya bisnis ilegal ini juga karena mudahnya memindahkan gas dari tabung melon ke tabung 12 kg. Hanya dengan menggunakan alat-alat sederhana, seperti selang regulator dan pipa besi, gas dengan cepat dapat dipindahkan.

Dalam rilis kasus penangkapan pelaku bisnis pemalsuan gas elpiji di Mapolda Metro Jaya pada Kamis sore, polisi meminta pelaku untuk memperagakan cara pemindahkan gas dari tabung satu ke tabung lainnya.

Pelaku hanya menggunakan pipa besi sepanjang kurang lebih 10 sentimeter yang kedua ujungnya dipasangi besi kecil lainnya. Pipa besi itu dipasangkan ke mulut kedua tabung.

Dalam waktu singkat, gas sudah berpindah. Tak hanya dipindahkan ke tabung 12 kg, gas elpiji dari tabung melon juga dipindahkan ke tabung 50 kg.

Caranya hampir sama, tetapi pipa besi dihubungkan lagi dengan selang plastik. Tujuannya supaya mempermudah menjangkau mulut tabung 50 kg karena ukurannya yang cukup tinggi.

Pelaku membeli gas dalam tabung 3 kg di warung-warung sekitar lingkungannya dengan harga Rp 17.000-18.000 per tabung. Kemudian, isinya dipindahkan ke tabung 12 kg yang dijual lagi dengan harga Rp 142.000 hingga Rp 145.000 per tabung sehingga selisih penjualannya bisa mencapai Rp 60.000 per tabung.

Tak hanya selisih harga yang menjadi keuntungan pelaku, isi atau volume gas yang sudah dipindahkan ke tabung gas 12 kg juga tidak pas dengan yang seharusnya. Toleransi isi tabung gas elpiji 12 kg yang diizinkan ialah 0,24 kg untuk satu tabung. Namun, untuk gas elpiji tabung palsu, selisihnya bisa mencapai 2,5 kg.

Waspada

Tampilan tabung gas elpiji palsu dengan asli hampir tidak bisa dibedakan. Sebab, pelaku juga menyegel tabung gas palsu dengan segel yang mirip dengan tabung gas asli. Untuk itu, Martinus mengimbau warga untuk lebih waspada.

Teliti dengan menimbang gas saat baru dibeli terkadang perlu meskipun kadang massa gas tetap sama saat volume gas dikurangi. Sebab, ada alat khusus yang dapat menambah massa dari tabung. Maka dari itu, pencegahan harus dimulai dari "sumbernya", yakni praktik pembuatan gas elpiji tabung palsu tersebut.

Martinus pun mengimbau kepada masyarakat untuk lebih peka terhadap lingkungannya. Bila menemukan praktik yang mencurigakan, segera laporkan ke polisi.(Unoviana Kartika)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas