Tiga Pekan Tidak Turun Hujan, Air di Bendung Katulampa Mengering
Keringnya aliran sungai Ciliwung yang mengalir ke Jakarta karena hujan tidak turun di daerah hulu Ciliwung, yaitu kawasan Puncak
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Hujan yang tidak turun selama hampir tiga pekan di wilayah Bogor menyebabkan debit air di mercu Bendung Katulampa, Bogor Timur, Kota Bogor, mengering hingga ke titik nol.
Keringnya aliran sungai Ciliwung yang mengalir ke Jakarta karena hujan tidak turun di daerah hulu Ciliwung, yaitu kawasan Puncak.
Penjaga mercu Bendung Katulampa, Andi Sudirman mengatakan, kondisi ini selalu terjadi menjelang musim kemarau. Posisi debit air Ciliwung saat ini berada dititik nol atau dibawah normal.
"Ini belum masuk musim kemarau, tapi hujan sudah tidak turun sejak tiga minggu lalu. Kondisi debit air di bawah normal dan mencapai titik nol," ujar Andi Sudirman.
Agar air tetap mengalir, Andi membagi aliran air Ciliwung ke kali Baru yang letaknya berdampingan dengan mercu Bendung Katulampa. Kali Baru ini kata Andi berfungsi untuk pengairan persawahan dan juga digunakan warga untuk mencuci dan mandi.
"Hanya satu pintu saja di mercu Bendung yang masih dialiri air Ciliwung. Kita tetap alirkan meski kecil, agar ekosistem tetap terjaga, seperti ikan dan binatang-binatang yang hidup di sepanjang aliran sungai ini," katanya.
Pantauan di lokasi keringnya aliran sungai Ciliwung dimanfaatkan warga setempat untuk mencari batu dan pasir. Batu dan pasir itu dikumpulkan untuk kemudian dijual ke pengepul."Kalau pas musim hujan, tidak mungkin," kata Kardi (35) pencari pasir dan batu.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga, memperkirakan, Juli nanti wilayah Bogor memasuki musim kemarau. Saat ini mulai memasuki masa pancaroba dari musim hujan ke kemarau.
"Pada umumnya Kota dan Kabupaten Bogor sudah tidak diguyur hujan dalam kurun 1-10 hari terakhir ini, terutama saat mulai memasuki bulan Ramadhan," ujar Kepala Stasiun Kimatologi Dramaga, Dedy Sucahyono, Selasa (30/6/2015).
Dedy mengatakan, untuk wilayah Bogor bagian Timur seperti kecamatan Babakanmadang, Gunungputri, Citeureup, Sukamakmur, Jonggol, Cariu, sudah tidak diguyur hujan sejak 17 hari lalu.
"Untuk wilayah Bogor Bagian Timur, hujan sudah tidak turun dalam dua pekan terakhir ini," katanya.
Namun, berdasarkan pantauan citra satelit milik BMKG, musim kemarau baru akan mencapai puncaknya pada bulan September mendatang dan akhir musim kemarau diprediksi akan berakhir pada Oktober.
"Semakin besar jumlah hari tanpa hujan maka semakin akan kering. Puncak musim kemarau akan terjadi pada September hingga Oktober mendatang, karena berdasarkan pantauan satelit tidak ada awan yang berpotensi embun diatas wilayah Jawa," katanya.
Bahkan katanya, arah angin pada umumnya dari Tenggara dengan kecepatan mencapai 20-i30 km/jam, menjadi indikasi menguatnya angin monsun Australia yang berdampak sulitnya terbentuk awan-awan hujan.
"Pada kondisi seperti ini, sangat sulit awan sulit untuk membentuk embun hujan" ujarnya. (Soewidia Henaldi)