Daya Angkut LRT Lebih Sedikit DIbanding KRL
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang berencana membangunan light rapid transit (LRT).
Editor: Gusti Sawabi
Semua perlintasan LRT di Jakarta direncanakan dibangun dengan jalur layang (elevated). Ini berbeda dengan perlintasan MRT yang dibangun dalam dua jenis, yakni layang dan bawah tanah (underground).
Proyek pembangunan tahap satu MRT di Jakarta akan menyelesaikan rute Lebak Bulus-Sisingamangaraja-Bundaran HI. Rute ini juga ditargetkan bisa beroperasi paling lambat pada tahun 2018.
Perlintasan Lebak Bulus-Sisingamangaraja merupakan jalur layang, sedangkan Sisingamangaraja-Bundaran HI merupakan jalur bawah tanah.
Jalur layang maupun jalur bawah tanah merupakan jalur rel yang tidak akan bersinggungan dengan jalan raya (perlintasan sebidang).
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Muhammad Nasyir pernah mengatakan, jenis perlintasan berpengaruh besar terhadap jarak kedatangan antarrangkaian kereta di stasiun.
Tidak adanya perlintasan sebidang akan membuat kedatangan rangkaian kereta bisa dilakukan sesering mungkin.
"Karena tidak ada perlintasan sebidang, pelayanannya jadi lebih cepat. Nantinya keretanya akan tiba di stasiun per 5 menit," kata Nasyir.
Faktor inilah yang sejauh ini tidak bisa dilakukan dalam layanan KRL karena hampir semua rute KRL merupakan jalur di atas tanah. Akibatnya banyak perlitasan sebidang.
Satu-satunya jalur KRL yang tidak memiliki perlintasan sebidang adalah jalur yang menghubungkan Manggarai-Jakarta Kota. Jalur ini merupakan jalur layang.
"Kalau kami agak susah mengurus ke perlintasan sebidang juga, karena dampaknya pasti ke sana (kemacetan). Karena kalau kereta tambah, dampak memang ke palang pintu (sering ditutup). Maka, kami akan komunikasikan ke Pemda”, kata Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Muhammad Fadhil beberapa waktu lalu.
(Alsadad Rudi)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.