Petani Bojongsari Ini Masih Bisa Garap Sawahnya
Kekeringan membuat sejumlah lahan pertanian di Indonesia kekeringan, tapi tidak berdampak bagi petani-petani di Bojongsari, Depok, Jawa Barat.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kekeringan membuat sejumlah lahan pertanian di Indonesia kekeringan, tapi tidak berdampak bagi petani-petani di Bojongsari, Depok, Jawa Barat. Mereka masih bisa bertani seperti biasanya.
Salah satu lahan yang masih digarap seperti biasa adalah lahan seluas sekitar satu hektare di wilayah RT 04, RW 08, Bojongsari, Depok, Jawa Barat, yang biasa digarap oleh Buniani (56).
Saat ditemui Tribunnews.com, Minggu (2/8/2015), Buniani atau akrab dipanggil Jibon tengah mencangkul lahan kering seluas sekitar 250 meter persegi. Setelah dicangkul dan diairi, Jibon baru menyemai benih padi.
Lahan seluas 250 meter itu dalam kondisi kering bukan karena musim. Lahan itu memang sengaja dibiarkan kering, karena baru hari ini lahan akan digarap. Lahan itu adalah lahan yang padinya dijadwalkan dipanen sekitar empat bulan lagi.
"Ini memang sawah-sawah saya dibagi-bagi, jadi panennya bergiliran, ada yang sudah panen, ada yang panen sekitar dua bulan lagi, dan yang ini panen sekitar empat bulan lagi," terang Jibon.
Lahan garapannya itu sengaja dibagi menjadi empat bagian, dengan masa tanam yang berbeda-beda. Hal itu dilakukan agar masa panen bisa berkesinambungan, sehingga pasokan berasnya akan lebih terjaga.
Sejauh ini, sungai yang melintas di sisi timur lahannya masih bisa memasok air untuk lahan garapan Jibon. Sawah dan ladang yang ada di tanah yang ia garap masih bisa tumbuh subur.
"Sampai sekarang tidak ada masalah, masih ada air cukup, cuaca juga biasa saja, belum sampai membuat padi-padi saya fuso (kosong)," kata dia.
Di sebelah lahan yang digarap Jibon, terdapat lahan sekitar satu hektare yang digarap Ndang, (63). Ia mengamini pernyataan rekannya itu, bahwa pasokan air untuk lahan garapannya masih cukup. Sehingga semua sawah dan ladangnya masih bisa produktif.
Laki-laki tamatan kelas tiga sekolah dasar dengan delapan anak itu mengetahui areal pertanian di berbagai wilayah tengah dilanda kekeringan sampai berdampak pada gagal panen. Ia prihatin dengan para petani yang terdampak kekeringan, dan ikut khawatir akan mengalami nasib sama seperti mereka.
"Saya suka tidak tega lihat sawah-sawah rusak seperti itu karena kekeringan. Kalau sudah kekeringan, sawah itu ya tidak bisa digarap, harus tunggu sampai musim hujan," ujar Ndang.
Sekitar 10 lalu, kasus kekeringan sempat melanda wilayah Bojongsari. Ia mengingat saat itu sekitar tujuh bulan lahannya tidak bisa digarap. Ia terpaksa beralih profesi menjadi kuli bangunan.
"Sekarang kalau memang nanti ada kekeringan, saya paling kerja jadi kuli bangunan lagi," tandasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.